Untuk komentar diatas mungkin sangat bervariasi, akan tetapi sesuai dengan analisa saya dari berbagai komentar baik di milis, situs berita maupun weblog, kebanyakan yang lebih tepat komentar para pakar seperti kalimat berikut ini: tak ada kata terlambat, tak ada pahlawan kesiangan, bila tidak mampu maka diamlah, jangan hipokrit, ya sudah lakukanlah, ok kita tunggu, apa yang bisa Anda lakukan? Apa yang Anda tahu? Ah ... saya malas mengurai benang kusut filosofi yang membingungkan ini.
Jumat sore kemarin, saya mendapat undangan dari mas Wahyu Budi untuk ikut serta urun rembug mengenai Linux dan aktifitas kelompok penggunanya di Balikpapan. Sayangnya, Balikpapan tidak memiliki kelompok (yang biasa disebut KPLI) yang secara resmi tercatat dalam daftar KPLI yang digagas mas Ronny Haryanto ini. Walaupun begitu, saya pribadi salut dengan munculnya pergerakan masyarakat pengguna Linux di kota ini meskipun amat malu-malu kucing. Biasanya, di kota-kota pelajar kebanyakan aktifisnya adalah para mahasiswa dan akademisi. Sangat berbeda dengan Balikpapan, pada saat pertemuan yang diharapkan menjadi cikal bakal KPLI Balikpapan ini pesertanya tidak hanya mahasiswa dan kalangan akademisi, tetapi juga pekerja teknologi informasi di perusahaan asing hingga seorang direktur yang telah menyatakan bersedia membantu secara kemampuan maupun fasilitasnya. Sungguh itu merupakan suatu bentuk kepedulian yang sangat berarti. Harapan saya, kelompok ini dapat membantu penyebarluasan pemanfaatan piranti lunak alternatif dan sekaligus menanamkan kesadaran tentang pentingnya Hak atas Kekayaan Intelektual, yang sehingga secara tidak langsung diharapkan berakibat dapat membantu mengurangi prosentasi sebagai negara dengan tingkat pembajakan piranti lunak yang sangat mencengangkan ini, tanpa perlu terjebak dengan istilah kesiangan.
Nah, foto-foto rembug coba browsing disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar