Senin, Maret 30, 2009

Gara-gara PR, Anak Emoh Ngomong

Membaca artikel di Kompas ini mengingatkan saya selama jauh dari anak-anak. Pasalnya, selama jauh dari anak, saya sisihkan waktu khusus untuk berkomunikasi melalui telepon. Syukurlah, jaman sekarang biaya telekomunikasi sangat terjangkau, dengan bekal 10 ribu untuk membeli voucher, sudah bisa menggunakan waktu 1 jam per hari selama lebih kurang 8 hari. Telekomunikasi lebih banyak menggunakan voice via telepon berbasis CDMA, dengan perangkat genggam murah tapi cukup stabil untuk berkomunikasi jarak jauh. Selain voice, saya juga menggunakan sms tetapi intensitasnya sangat kecil. Sedangkan komunikasi berbasis Internet, seperti VoIP, email, messenger, atau social networking ala Facebook belum tersentuh sama sekali. Justru untuk pengiriman paket masih menggunakan cara konvensional, ya iyalaah... masak paketnya di-attach via email. :P

Hmm... kok melebar bahasannya ya, ok, kembali ke komunikasi dengan anak-anak, ya... namanya anak-anak, masih sibuk dengan dunianya sendiri. Kadang saat berkomunikasi, si anak tengah sibuk mengerjakan PR (pekerjaan rumah) dari ibu gurunya, entah itu PR sekolah, mengaji, atau PR biasa kerjaannya sendiri. Kalau sudah begitu, si sulung tak mau diganggu gugat, biarpun ibunya merayu ayahnya kangen pingin ngomong, teteup saja si sulung emoh. Tapi, ada tapinya, kalau si anak ini sedang mood pingin ngomong, ya... ngebel saja krang-kring-krang-kring... ;-)

PR ideal, saya quote dengan artikel Kompas tersebut:
Berapa sesungguhnya, banyak atau jumlah PR ideal yang diberikan kepada anak di sekolah? Sekalipun ini sebuah pertanyaan yang penting, tetapi yang lebih esensial bagi guru di sekolah sebenarnya adalah, berapa pun banyak atau jumlah PR yang diberikan guru kepada siswa tidak akan memiliki makna yang besar ketika tidak disertai dengan umpan balik yang sesuai.

Guru yang tidak jeli menakar hal ini akan menjadikan bumerang bagi guru, antara lain anak justru semakin tidak termotivasi dan mencintai belajar.

Begitulah, semoga bermanfaat.

Jumat, Maret 27, 2009

Mengelola Email Komunikasi Bisnis

Suatu hari sembari membaca koran ketika menunggu pesanan ayam goreng, ikan bawal dan ikan nila goreng di warung langganan, tiba-tiba perhatian saya tertuju pada iklan bisnis tentang Email Communication Management. Saya jadi teringat beberapa hal tentang email, pesan singkat hingga status Facebook dari beberapa kolega, yang saklek dengan aturan penulisan. Sebagai misal kesalahan ketik, seperti kurang satu atau lebih huruf pada sebuah kata, penggunaan huruf kecil dan besar, susunan kata dan kalimat, paragraf, tanda petik, koma hingga titik. Ia akan sangat terganggu profesionalismenya apabila tulisannya dibiarkan salah ketik. Dan konon, orang yang memiliki kemampuan menyampaikan pesan melaui tulisan, belum tentu memiliki kemampuan verbal yang tinggi juga. Meskipun ada, tapi para versaitilis, yaitu orang yang memiliki kemampuan komunikasi verbal dan tulis, sedikit jumlahnya.

Baiklah, kembali pada iklan bisnis Email Communication di atas, saya tertarik pada trik dan rahasia, begitu yang disebut di iklan, dari sisi pengelolaannya. Tentu saja, saya tidak mengutip mentah-mentah trik dan rahasia yang disebutkan di iklan, yang menyebutkan penggunaan perangkat lunak berbasis proprietary dan berharga mahal, apalagi ternyata untuk mendapatkan trik dan rahasia tersebut tidaklah murah. Saat ini pun, bila mau mencarinya telah tersedia banyak resource maupun perangkat lunak bebas yang bisa digunakan secara mudah dan gratis untuk keperluan bisnis, baik untuk bisnis skala kecil menengah, hingga menengah ke atas. Nah, tak usah banyak cincong, beberapa point penting dalam trik dan tips pengelolaan Email Communication tersebut antara lain:
  • Maksimalkan fungsi dan setting email client untuk mendukung komunikasi bisnis, sebaiknya dipertimbangkan pula perlu tidaknya menggunakan email client, atau cukup memilih email berbasis web yang lebih fleksibel.

  • Sinkronkan email pribadi dengan email pekerjaan/kantor, baik menggunakan laptop maupun handled device.

  • Memelajari cara menulis dan berbahasa dalam beremail sesuai dengan etika bisnis.

  • Memelajari cara membuat database email mitra kerja, relasi bisnis, hingga orang terdekat.

  • Memelajari cara membuat email merge, yaitu mengambil beberapa data dari database email untuk pengiriman dalam jumlah banyak dalam satu kali klik.

  • Memelajari cara membuat dan mengelola grup internal maupun eksternal untuk mendukung komunikasi searah maupun diskusi dua arah dalam proses bisnis.

Point-point di atas tidak dibahas secara detail di sini, tapi jangan kawatir, Internet menyimpan informasi yang tak kalah luasnya, so sorry banget, tips ini bukan untuk email marketing buat nyepam. :-)

Semoga bermanfaat..

Selasa, Maret 17, 2009

Cerita tentang Maknyus

Kadang saya memperhatikan acara tv Wisata Kulinernya pak Bondan, mengapa sering kali pak Bondan memuji makanan yang disantapnya, maknyus? Kadang bertanya-tanya mengapa tak pernah ada ungkapan “Ini gak enak!” atau malah dimuntahkan?

Dalam etika Islam, Rasululloh memberikan contoh ketika berada pada jamuan makan untuk mengambil hidangan makanan yang paling dekat di sisinya, dan tidak berdiri 'nggayuk' makanan yang paling menggoda sekalipun yang berada nun jauh di ujung meja. Rasululloh juga memberikan contoh hanya memakan makanan yang halal, diketahui keberadaannya, menggunakan tangan kanan dengan 3 jarinya untuk mengambil makanan secukupnya masuk ke dalam mulut, menikmatinya perlahan dan tidak tergesa-gesa seperti mulut penuh, dan tentu saja menyantap makanan yang disukai. Itulah mengapa Rasululloh adalah manusia seperti kita manusia biasa, kadang suka, kadang ada yang tak suka. Untuk makanan yang tak disukai, Rasululloh hanya diam tidak memakannya, tidak pula sekalipun mencelanya, apalagi malah membahasnya yang tidak-tidak. ;-)

Baik sebelum dan sesudah menyantap makanan, Rasululloh selalu menyebut dan memuji kepada Alloh yang Maha Memberi atas nikmat yang disantapnya. Mengapa hal itu dilakukan Rasululloh? Karena Rasululloh sendiri pernah berkata bahwa bila seseorang menyebut asma Alloh ketika akan makan, maka setan dan temannya tidak akan ikut makan bersamanya. Setan, dimanapun selalu hadir di sisi seseorang untuk bersiap mengekploitasinya, setan tak berhenti mencari dimanapun titik kelemahan seseorang, hingga makanan yang hendak dimakan saat itu terjatuh dan kotor, setan pun berada di sana, menggoda agar makanan itu tidak dimakan dan terbuang! Sebaiknya bila memungkinkan, bersihkan bagian makanan yang kotor, lalu makanlah hingga bersih. Bersih? Ya bersih, itulah mengapa selesai makan nasi di piring pun sebaiknya hingga bersih tak tertinggal nasi sebijipun, bila perlu dijari-jari yang masih tersisa makanan pun bersih termakan, karena seseorang tidak tahu, pada bagian mana makanan yang dimakan ada berkahNya. Begitu pula ketika selesai menyantap makanan, Rasululloh juga pernah berkata bahwasannya Alloh niscaya meridhoi hambaNya yang makan makanan lalu memujiNya atas makanan yang dimakannya, atau minum lalu memujiNya atas minuman yang diminumnya, alhamdulillah... ;-)

Satu yang membuat saya terbahak bila teringat cerita Rasululloh menyantap makanan adalah beliau bukanlah orang yang rewel, bahkan membuat orang yang tadinya tidak suka makanan itu, akhirnya jadi ketagihan! Ada satu cerita, suatu ketika Rasululloh mengajak salah satu sahabatnya untuk makan bareng di rumahnya. Saat itu, pelayan menghidangkan beberapa potong roti saja tanpa lauk atau bumbu dan hanya ditemukan cuka. Maka apa kata beliau? Cuka adalah bumbu yang paling enak! ... maknyus! :-D

* Cerita sederhana di lingkungan terdekat, dipadusarikan dari HR Muslim Kitabul Ath'imah, ditulis ringan dengan harapan mudah dibaca, syukur-syukur akhirnya bermanfaat. Yogyakarta, 16 Maret 2009.