Kamis, Maret 31, 2005

Doaku untuk Nias, Aceh

Doaku untuk Nias, Aceh

Belum surut ingatan kita, masih segar dan jelas terbayang gempa dan tsunami melanda Aceh tiga bulan lalu, tersentak, kaget berkecamuk duka yang amat dalam muncul cobaan, musibah yang sepertinya menghujani Aceh tiada henti, Nias.
Tiada bisa dikata dan terpikir sulit oleh nalar, ada apa gerangan, masih belum cukupkah tsunami menghadang, mengoyak, menerjang dan menjadi sebuah peringatan hingga kering air mata memberikan segumpal hikmah. Atau mungkinkah terlalu banyak kesalahan, ingkar dan kotoran hati sehingga dirasa perlu untuk memutihkannya sebening embun yang dingin, seputih batu putih yang sangat putih putihnya sehingga tiada setitik noda kelabu sekecil noda nodanya. Sepertinya, tiada tempat disana, dimanapun, dibumi ini yang aman, tenang dan damai bagaikan surga yang indah dengan terus kesenangan membelenggu diri, menimang nimang, meninabobokan dengan tanpa tertidur tiada henti.
Walaupun telah tersirat maupun tersurat dalam segala firman-firman Nya, mungkinkah Aceh, Nias, adalah bagian dari ayat mutasabihat yang hanya bisa dibahasakan, dimaknai, dan diartikan oleh Yang Maha Kuasa, semuanya, segalanya adalah milikNya. Tiada daya dan kekuatan kecuali hanya kepadaNya berserah diri.

Ya Allah ya rabbi
Yang Maha Luhur lagi Maha Adil
Yang Maha Pemaaf lagi Maha Mengasihi
Jauhkanlah antara kami dan kesalahan-kesalahan kami
Sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat
Bersihkanlah dosa dan kesalahan-kesalahan kami
Sebagaimana Engkau bersihkan batu putih yang sangat putihnya dari noda
Basuhlah kesalahan kami
Dengan air embun dan salju yang menyejukkan

Ya Allah ya rabbi
Yang Maha Agung lagi Maha Pengampun
Yang Maha Suci lagi Maha Mulia
Cukupklah Engkau perlihatkan pada Kami
Gempa dan Tsunami di bumi Kami
Cukupklah Engkau timpakan pada Kami
Cobaan dan ujian yang meluluhlantakkan jalan Kami.
Tuntunlah Kami selalu dalam petunjuk dan hidayahMu
Tetapkanlah dan muliakanlah Kami selalu dijalanMu
Biarkanlah Kami menatap hari esok dengan penuh rahmatMu

Ya Allah ya rabbi
Yang Maha Arif lagi Maha Bijaksana
Telah menganiaya aku pada diriku sendiri
Tiada yang dapat mengampuni kesalahan dan mengasihi
Kecuali hanyalah Engkau semata
Maka ampunilah Kami dengan pengampunanMu yang suci
Dan berilah selalu kasih sayangMu pada Kami
Sesungguhnya, Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihi.



Kampung Baru.
Balikpapan, 30 Maret 2005.

Rabu, Maret 30, 2005

Membuka Pintu Hati

Membuka Pintu Hati

Sekelompok orang yang baru saja meninggal mendapatkan diri mereka sedang berdiri antre di depan gerbang akhirat. Sambil menunggu pengadilan Illahi, mereka mulai menanyai diri mereka sendiri mengenai perilaku mereka di dunia.

''Apakah dulu aku menjadi orang tua yang baik?'' ''Apakah aku berhasil mencapai sesuatu yang berharga dalam hidupku?'' ''Apakah aku rajin beribadah sepanjang malam?'' ''Apakah aku cukup berderma kepada fakir miskin?'' Dan, ketika akhirnya mereka sampai di gerbang, semua jiwa itu dihadapkan hanya pada satu pertanyaan, ''Seberapa besar kamu dulu mengasihi?''

Mengasihi orang lain adalah langkah pertama dari perjalanan panjang masuk ke dalam diri. Perjalanan ke dalam diri memang tak mudah. Banyak orang menyerah ketika baru memulainya. Kesibukan sehari-hari sering menjadi alasan. Tapi, penyebab sebenarnya bukan itu. Persoalan sebenarnya adalah pintu hati kita yang tertutup, bahkan terkunci. Ini membuat telinga kita tak mendengar dan mata kita tak melihat. Kita tak akan pernah dapat memulai perjalanan sebelum menemukan kuncinya, yaitu ''cinta dan kasih Sayang.''

Tanpa adanya rasa cinta pada sesama, pintu-pintu gerbang menuju kesadaran yang terdalam tak akan pernah terbuka. Agama-agama besar di dunia sebenarnya memiliki pesan tunggal: kasih sayang. Bahkan, Tuhan selalu dilukiskan sebagai Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan bahasa yang berbeda semua agama selalu mengatakan: ''Sayangilah orang lain! Anda belum beriman sebelum mampu menyayangi orang lain sebagaimana Anda menyayangi diri Anda sendiri.''

Pernyataan diatas sungguh dahsyat! Ini benar-benar menjelaskan bahwa ukuran kemajuan spiritual Anda bukanlah pada seberapa rajinnya Anda beribadah kepada Tuhan. Esensi keberagamaan tidaklah ditentukan oleh banyaknya ruku dan sujud yang Anda lakukan, tetapi pada seberapa besar Anda mengasihi orang lain. Belajar mengasihi adalah sasaran kehidupan spiritual.

Salah satu cara praktis untuk mengembangkan sikap cinta kasih adalah dengan mulai menyadari akan penderitaan. Sadar akan penderitaan -- entah itu penderitaan kita sendiri atau penderitaan orang lain -- akan membuat hati kita melunak.

Mari kita mulai dengan sebuah cerita. Di sebuah SD seorang guru bertanya pada murid-muridnya, ''Siapa yang sudah sarapan pagi ini?'' Kira-kira separo murid mengacungkan tangan. Guru itu kemudian bertanya kepada anak-anak yang tidak mengacungkan tangan, ''Mengapa kalian tidak sarapan?'' Sebagian menjawab tak sempat karena sudah terlambat. Sebagian lagi mengatakan belum merasa lapar, ataupun tak menyukai sarapan yang disajikan.

Semua memberikan jawaban senada kecuali satu anak. ''Karena,'' jawabnya, ''Sekarang bukan giliran saya.'' ''Bukan giliranmu?'' tanya sang guru. ''Apa maksudmu?'' ''Dalam keluarga kami ada empat anak,'' ujarnya, ''Tapi, ayah tak punya cukup uang untuk membeli makanan supaya tiap orang bisa sarapan setiap hari. Kami harus bergiliran dan hari ini bukan giliran saya.''

Apa yang Anda rasakan ketika membaca kisah ini? Bagaimana pula perasaan Anda membaca berita mengenai Haryanto (12 tahun) yang hampir tewas gantung diri di rumahnya. Ia putus asa karena orang tuanya tak mampu memberikan uang untuk tugas sekolahnya. Padahal uang yang dimintanya hanya Rp 2500!

Orang-orang seperti ini ada di sekitar kita. Tapi, kadang-kadang kita tak bisa melihatnya karena mata kita tertutup. Yang sebenarnya tertutup adalah mata hati kita. Ini bisa terjadi karena hati kita dipenuhi oleh ego dan kepentingan kita sendiri. Kita terlalu banyak tertawa dan sibuk bergaul dengan orang-orang berpunya. Ini membuat hati kita tertutup.

Untuk menjalankan cinta kasih kita perlu memulai dengan mencintai diri kita, kemudian orang-orang terdekat kita. Lihatlah mereka dengan hati Anda. Bukankah orang tua Anda adalah orang yang rela mengorbankan hidupnya bagi Anda? Bukankah pasangan Anda adalah orang yang telah memilih menyerahkan hidupnya kepada Anda? Bukankah anak-anak Anda sangat mengagumi Anda dan merindukan kebersamaan dengan Anda? Bukankah pembantu Anda adalah orang miskin yang mengabdikan hidupnya untuk melayani Anda? Teruslah perluas dengan mengamati orang-orang di sekitar Anda. Mereka semua memiliki penderitaan dan tantangan masing-masing.

Seorang bijak pernah mengatakan, ''Ketika kamu melihat dirimu tidak berbeda dari orang lain, ketika kamu merasakan apa yang mereka rasakan, lalu siapa yang bisa kamu sakiti?'' Inilah cara menumbuhkan cinta. Kita semua sama karena itu jangan pernah menilai orang dari penampilan fisiknya. Tubuh bukanlah diri kita yang sebenarnya tetapi hanya sekadar 'sangkutan' dari jiwa. Jiwa itulah esensi manusia yang sejati.

Tapi, merasakan baru merupakan permulaan cinta. Cinta yang sebenarnya haruslah diwujudkan dengan memberikan sesuatu kepada orang lain. Ukuran cinta adalah pemberian, sekecil apapun bentuknya. Ibu Theresa pernah mengatakan, ''Yang penting bukan seberapa besar yang kita perbuat, melainkan seberapa besar cinta kasih yang kita sertakan dalam perbuatan kita.''

Arvan Pradiansyah, penulis buku You Are A Leader!
e-mail: kepemimpinan@republika.co.id
faksimile: 021-7983623


Hidup Jangan Tertidur!

Hidup Jangan Tertidur!

Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu Anda lakukan adalah menjadi SADAR. Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan ''tertidur.'' Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan ''tertidur.''

Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu di mana menyimpan uang. Anda pun tahu persis nomor pin Anda. Dan Andapun menyerahkan uang Anda pada orang tidak dikenal. Anda tahu, tapi tidak sadar. Karena itu, Anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda.

Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi Anda tidak juga melakukannya. Anda tahu memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi Anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi Anda tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh tahu tapi tidak sadar!

Ada dua hal yang dapat membuat orang menjadi sadar. Pertama, peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya adalah ''rahmat terselubung'' karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Anda baru sadar pentingnya kesehatan kalau Anda sakit. Anda baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol Anda mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Anda baru sadar nikmatnya bekerja kalau Anda di-PHK. Seorang wanita karier baru menyadari bahwa keluarga jauh lebih penting setelah anaknya terkena narkoba. Seorang sopir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi setelah hartanya habis.

Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan kalau Anda sedang menonton film di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata, ''Silakan Anda pulang, pertunjukan sudah selesai!'' Anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi, si penjaga hanya berkata tegas, ''Pertunjukan sudah selesai, listriknya tidak akan pernah hidup kembali.''

Itulah analogi sederhana dari kematian. Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat kita sering menyadarkan kita pada arti hidup ini. Kematian menyadarkan kita pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya kita meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan yang tidak sempat kita nikmati.

Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.

Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, ''Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.'' Manusia bukanlah ''makhluk bumi'' melainkan ''makhluk langit.'' Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan ''rumah'' untuk mencari ''rumah'' yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.

Coba Anda resapi paragraf diatas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup. Kalau Anda menyadari hal ini, Anda tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Bila Anda sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu sudah cukup! Buat apa sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan -- apalagi dengan menyalahgunakan jabatan -- kalau hasilnya tidak dapat Anda nikmati selama-lamanya. Apalagi Anda sudah merusak jiwa Anda sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi.

Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita sadar? Jawabnya: ya! Tapi kalau Anda merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah: Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati Anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.

Arvan Pradiansyah, penulis buku You Are A Leader!
e-mail: kepemimpinan@republika.co.id
faksimile: 021-7983623

Berikan, dan Lupakan!

Berikan, dan Lupakan!

Suatu malam hujan turun dengan lebat diiringi angin kencang dan petir yang menyambar-nyambar. Malam itu telepon berdering di rumah seorang dokter. ''Istri saya sakit,'' terdengar suara minta pertolongan. ''Dia sangat membutuhkan dokter segera.

'' Si dokter menjawab, ''Dapatkah bapak menjemput saya sekarang? Mobil saya sedang masuk bengkel.'' Mendengar jawaban itu, lelaki tersebut menjadi berang. ''Apa?!'' katanya dengan marah. ''Saya harus pergi menjemput dokter pada malam yang berhujan lebat seperti ini?''

Coba Anda renungkan cerita inspiratif diatas. Seperti yang sudah saya paparkan dalam rubrik ini bulan lalu, kita senantiasa meminta sesuatu kepada orang lain. Sayangnya, kita seringkali lupa untuk memberi. Kita tak sadar bahwa apapun yang kita berikan sebenarnya adalah untuk diri kita sendiri, bukan untuk siapa-siapa.

Di dunia ini tak ada yang gratis. Segala sesuatu ada harganya. Seperti halnya membeli barang, Anda harus memberi terlebih dahulu sebelum meminta barang tersebut. Kalau Anda seorang penjual, Anda pun harus memberikan pelayanan dan menciptakan produk sebelum meminta imbalan jasa Anda. Inilah konsep ''memberi sebelum meminta'' yang sayangnya sering kita lupakan dalam kehidupan sehari-hari.

Padahal ''memberi sebelum meminta'' adalah sebuah hukum alam. Kalau Anda ingin anak Anda mendengarkan apa yang Anda katakan, Andalah yang harus memulai dengan mendengarkan keluh kesah mereka. Kalau Anda ingin karyawan atau bawahan Anda bekerja dengan giat, Andalah yang harus memulai dengan memberikan perhatian, dan lingkungan kerja yang kondusif. Kalau Anda ingin disenangi dalam pergaulan, Anda harus memulainya dengan memberikan bantuan dan keperdulian kepada orang lain.

Orang yang tak mau memberi adalah mereka yang senantiasa dihantui perasaan takut miskin. Inilah orang-orang yang ''miskin'' dalam arti yang sesungguhnya. Padahal, di dunia ini berlaku hukum kekekalan energi. Kalau Anda memberikan energi positif kepada dunia, energi itu tak akan hilang. Ia pasti kembali kepada Anda.

Persoalannya, banyak orang mengharapkan imbalan perbuatan baiknya langsung dari orang yang ditolongnya. Ini suatu kesalahan. Dengan melakukan hal itu, Anda justru membuat bantuan tersebut menjadi tak bernilai. Anda mempraktikkan manajemen ''Ada Udang Di Balik Batu.'' Anda tak ikhlas dan tak tulus. Ini pasti segera dapat dirasakan oleh orang yang menerima pemberian Anda. Jadi, alih-alih menciptakan kepercayaan pemberian Anda malah akan menghasilkan kecurigaan.

Agar dapat efektif, Anda harus berperilaku seperti sang surya yang memberi tanpa mengharapkan imbalannya. Untuk itu tak cukup memberikan harta saja, Anda juga harus memberikan diri Anda, dari hati Anda yang paling dalam. Jangan pernah memikirkan imbalannya. Anda hanya perlu percaya bahwa apapun yang Anda berikan suatu ketika pasti kembali kepada Anda. Ini merupakan suatu keniscayaan, suatu hukum alam yang sejati.

Sebetulnya semua orang di dunia ini senantiasa memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Namun, kita dapat membedakannya menjadi dua tipe orang. Orang pertama kita sebut sebagai orang yang egois. Merekalah orang yang selalu meminta tetapi tak pernah memberikan apapun untuk orang lain. Orang ini pasti dibenci dimana pun ia berada.

Jenis orang kedua adalah orang yang juga mementingkan diri sendiri, tetapi dengan cara mementingkan orang lain. Mereka membuat orang lain bahagia agar mereka sendiri menjadi bahagia. Ini sebenarnya juga konsep mementingkan diri sendiri tetapi sudah diperhalus. Kalau Anda selalu memberikan perhatian dan bantuan kepada orang lain, banyak orang yang akan menghormati dan membantu Anda. Kalau demikian, Anda sebenarnya sedang berbuat baik pada diri Anda sendiri.

Bagaimana kalau Anda membaktikan diri Anda untuk menolong anak-anak terlantar dan orang-orang miskin? Ini pun sebenarnya adalah tindakan ''mementingkan diri sendiri dengan cara mementingkan orang lain.'' Anda mungkin tak setuju dan mengatakan, ''Bukankah saya tidak mendapatkan apa-apa. Saya
kan bekerja dengan sukarela.

'' Memang benar, Anda tidak mendapatkan apa-apa secara materi, tetapi apakah Anda sama sekali tidak mendapatkan apa-apa? Jangan salah, Anda tetap akan mendapatkan sesuatu yaitu kepuasan batin. Kepuasan batin inilah yang Anda cari. Anda membantu orang lain supaya mendapatkan hal ini.

Jadi, apapun yang kita lakukan di dunia ini semuanya adalah untuk kepentingan kita sendiri. Orang-orang yang egois sama sekali tak memahami hal ini. Mereka tak sadar bahwa mereka sedang merusak diri mereka sendiri.

Sementara orang-orang yang baik budinya sadar bahwa kesuksesan dan kebahagiaan baru dapat dicapai kalau kita membuat orang lain senang, menang, dan bahagia. Hanya dengan cara itulah kita akan dapat menikmati kemenangan kita dalam jangka panjang. Inilah hukum Menang-Menang (win-win) yang berlaku dimana saja, kapan saja dan untuk siapa saja.

Oleh: Arvan Pradiansyah, penulis buku You Are A Leader!
e-mail: kepemimpinan@republika.co.id
faksimile: 021-7983623

Sabtu, Maret 05, 2005

Research, Books, Project and Publications:

Publikasi:

  • Subur Anugerah, Setyo Nugroho, Sistem Informasi Akademik Mahasiswa berbasis Web pada STIKOM Balikpapan, Prosiding Seminar Nasional Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Agustus 2005, ISBN: 979.756-077-7

  • Subur Anugerah, Pemanfaatan Open Source Software dan Free Hosting Website dalam Pengembangan Pendidikan di Kota Balikpapan, Prosiding Seminar Nasional Universitas Teknologi Yogyakarta, Desember 2005, ISBN: 979-98964-1-X

  • Subur Anugerah, Setyo Nugroho, Sistem Informasi Akademik Mahasiswa berbasis Web dan WAP pada STMIK STIKOM Balikpapan, Prosiding Seminar Nasional Universitas Teknologi Yogyakarta, Desember 2005, ISBN: 979-98964-1-X



Kuliah Satuan Acara Perkuliahan (SAP)


Tulisan untuk belajar bagi siapa saja:

  • Pengantar Praktikum Pemrograman Internet menggunakan PHP dan MySQL [Download] 2226 k

  • Pengantar Praktikum Paket Program Niaga 2 [Download] 1711 k

  • Pengantar Manajemen dan Otomasi Perkantoran [Download] 1265 k

Soal Pemrograman Internet

Ketentuan:

  • Soal diberikan tanggal: 05/06/06

  • Soal dikumpulkan dan dipresentasikan selambatnya tanggal : 29 Juli 2006

  • Jika telah selesai mengerjakan dan siap untuk presentasi, diperbolehkan mengajukan ujian lebih dahulu dengan membawa program dalam CD/Flashdisk (untuk menghidari kerusakan program disarankan tidak disimpan dalam disket), boleh membawa komputer sendiri, laptop atau PC.

  • Soal dikerjakan sesuai materi yang diberikan.

  • Hanya menggunakan bahasa pemrograman PHP (No ASP, ColdFusion, JSP).


Lihat pembagian kelompok, Klik disini


Nomor Soal 01
Hit Counter menggunakan database MySQL

Membuat hit counter untuk mengetahui jumlah pengunjung suatu situs. Record pengunjung disimpan dalam database MySQL beserta nomor IP pengunjung dan tanggal akses.

Nomor Soal 02
Hit Counter menggunakan file text (*.txt)

Membuat hit counter untuk mengetahui jumlah pengunjung suatu situs. Record pengunjung disimpan dalam file text beserta nomor IP pengunjung dan tanggal akses.

Nomor Soal 03
Form Login menggunakan MySQL

Membuat form Login berisikan: Username dan Password yang apabila sesuai dengan daftar keanggotaan yang tersimpan dalam database MySQL akan masuk kehalaman pengguna.

Nomor Soal 04
Form Login menggunakan file text. (*.txt)

Membuat form Login berisikan: Username dan Password yang apabila sesuai dengan daftar keanggotaan yang tersimpan dalam file text akan masuk kehalaman pengguna.

Nomor Soal 05
Jajak Pendapat (Polling) menggunakan MySQL

Membuat form jajak pendapat dengan datanya disimpan dalam database MySQL. Serta membuat halaman untuk mengetahui hasil jajak pendapat.

Nomor Soal 06
Buku Tamu menggunakan MySQL

Membuat form pengisian buku tamu dengan data disimpan dalam database MySQL. Isi buku tamu ditampilkan pada halaman view, serta penyuntingannya berisi edit dan delete.

Nomor Soal 07
Upload berkas (file) Foto

Membuat form untuk meng-upload file foto dan menampilkannya (view).

Nomor Soal 08
Form Pendaftaran Keanggotaan menggunakan MySQL

Membuat formulir pendaftaran keanggotaan (murid baru, kursus, club dsb) yang disimpan kedalam database MySQL.

Nomor Soal 09
Form Pendaftaran Keanggotaan menggunakan file text (*.txt)

Membuat formulir pendaftaran keanggotaan (murid baru, kursus, club dsb) yang disimpan kedalam file text.

Nomor Soal 10
Jajak Pendapat (Polling) menggunakan file text (*.txt)

Membuat form jajak pendapat dengan datanya disimpan dalam file text. Serta membuat halaman untuk mengetahui hasil jajak pendapat.

Nomor Soal 11
Buku Tamu menggunakan file text (*.txt)

Membuat form pengisian buku tamu dengan data disimpan dalam file text. Isi buku tamu ditampilkan pada halaman view, serta penyuntingannya berisi edit dan delete.

Selamat mengerjakan,