Senin, Januari 30, 2006

The Paradigm Shift: Becoming Effective Teachers

Lelah, tambah wawasan, tambah teman dan tambah koleksi karakter, sepertinya itulah yang saya dapatkan saat selesai mengikuti training selama 2 hari yang diadakan oleh Airlangga Foundation dengan menggandeng Mr. Agi Rahmat dari PT Dunamis. Melihat judul diatas, nampak bahwa materi yang diusung mengharapkan agar seorang guru menjadi lebih effectif, effisien, inovatif, produktif, dan bisa membuat perubahan paradigma baru metodologi belajar yang mampu memberikan inspirasi bagi siswanya agar mampu berkompetensi. Event sejenis pernah diadakan di beberapa sekolah di Jakarta yang telah diberitakan oleh Sampoerna Foundation.
Mungkin ada yang beranggapan sama dengan saya, training ini seperti membahas bagaimana cara seorang guru yang efektif mengajarkan ilmu fisika atau matematika yang terkenal sulit itu bisa menjadi sahabat karib siswa-siswinya. Atau bagaimana seorang dosen menyampaikan materi kuliah pemrograman C++ dan citra digital yang terkenal sulit ini menjadi sangat menyenangkan dan mudah dikerjakan. Padahal kita tahu yang mengikuti training itu tidak hanya guru fisika dan matematika, atau dosen pemrograman C++ dan citra digital saja, dan tentu saja sang trainer tidak menguasai banyak mata pelajaran dan mata kuliah itu saja. Dan, tentu saja cara-cara bagaimana mengajar mata pelajaran atau mata kuliah tersebut diatas tidak dibahas ditraining ini. Malah sebaliknya disuguhkan film yang menggambarkan bagaimana seorang guru bisa mengajarkan sastra kepada siswa yang tidak bisa membuat sastra. Lho kok?
Lalu, apa yang disampaikan dari training ini? Jawaban yang saya peroleh hanya satu: membangun motivasi! Jika Anda seorang guru, bangunlah motivasi Anda menjadi guru. Jika Anda seorang dosen maka bangunlah motivasi Anda menjadi dosen. Jika Anda bekerja apapun pekerjaan Anda yang positif, maka bangunlah motivasi Anda bekerja agar lebih mendapatkan nilai tambah yang positif bagi Anda.
Lalu, apakah diri saya atau Anda telah termotivasi? Hmmm …

Nasionalisme yang terseok


Nggak tahu kenapa saya ambil gambar bendera merah putih Kita ini yang tampak lusuh, sobek, dan tercabik-cabik oleh hembusan angin, kering dan basah silih berganti. Bendera ini sebenarnya berada diatas kapal nelayan Balikpapan, awalnya tampak sempurna dan normal saja, namun karena sering dipasang dan digunakan nelayan berlayar dengan waktu yang cukup lama dan jarak yang cukup jauh hingga ke perbatasan negara tetangga, jadilah bendera ini seperti begini.
Seperti sebuah poetry, Nasionalisme yang terseok.

Terbang!


Suatu sore saat air laut pasang didaerah pemukiman atas laut Kampung Baru Balikpapan, biasanya nggak luput dari riang dan candanya anak-anak di lingkungan itu. Namanya anak-anak, nggak peduli nyerempet bahaya yang penting seneng aja. Kalo’ di Jawa, entah itu di Semarang atau Jakarta yang berita banjirnya sering keluar akhir-akhir ini, oleh anak-anak malah dibuat senang-senang dengan berenang, padahal airnya amat keruh dan dangkal. Nggak tahu kalo’ kaya di iklan rokok itu, “tanya kenapa”.
Mungkin cocok kali dengan pepatah “lain ladang lain belalang”, anak-anak ini malah seolah-olah menantang bahaya, lompat diatas kapal nelayan, ciaattt … terbang dan cebur! Padahal kedalaman air laut saat itu mencapai lebih kurang 2 meter. Jangan bayangkan airnya, saya sendiri akhirnya ikutan nyebur dan nyoba ngerasain asinnya. Kotor dan bau? nggak juga, mau coba buktikan? Silahkan aja :)

Jumat, Januari 27, 2006

Ide Komunitas IT Lokal, mimpi sajalah ...

Saat roadshow selebriti IT beberapa waktu lalu, Pak Onno bertanya pada seluruh peserta tentang keberadaan komunitas IT di Balikpapan atau Kalimantan Timur ini. Tapi tak ada satupun peserta yang tahu atau minimal ngaku aktif di milis informatika. Hal ini membuat serba salah seorang anggota milis informatika lokal sehingga mendorong dirinya untuk “sambat” pada anggota yang lain melihat seabreg kegiatan komunitas sejenis di Pulau Jawa, sedangkan di Balikpapan nggak ada. Saya nggak tahu Jawa bagian mana seh, hanya setahu saya yang rame ya dikota-kota dimana berdiri perguruan tinggi ternama saja yang tetep exist, selebihnya ya seperti biasa, pasang surut. Di Kalimantan yang gedenya kurang lebih 3 kali dari pulau Jawa ini, saya hanya mengetahui yang paling rame adalah komunitas dari Samarinda yang dipelopori mahasiswa Unmul, walau nggak rame bener, setidaknya mereka boleh dibilang exist, maklum anggotanya berbeda-beda lapisan, ada mahasiswa, pegawai hingga pengusaha. Jadi nggak heran, kalo' mereka aktif ya pas ada waktu luang dan ada kegiatan saja, selebihnya ya itu tadi, pasang surut. Saya rasa cukup wajar.

Akhirnya, para milister informatika lokal sepakat mau mendirikan komunitas IT lokal ini, tapi anehnya nggak ada yang mau jadi pengurusnya, alasannya sederhana, sibuk dan nggak mau bekerja sendirian. Bahkan si penggagas yang sambat tersebut nggak ada komentarnya lagi alias nggak mau ditunjuk mempelopori. Weleh weleh.

Saat saya ditanya tentang hal ini, saya nyatakan OK seperti biasa saya ikut mendukung seperti beberapa waktu yang lalu. Hanya saja saya paling nggak suka orang yang suka sambat dan keras suaranya saja tapi nggak ada actionnya alias NATO, malah ngilang lagi, huh!

Harapan saya atau bisa dikatakan mimpi saya, komunitas ini nantinya berdiri secara independen yang merangkul berbagai lapisan masyarakat, tidak tergantung oleh salah satu perguruan tinggi tertentu saja. Sehingga diharapkan sharing knowledge lebih merata, berbagi wawasan dan informasi bahkan pekerjaan atau proyek dapat dimanfaatkan anggotanya. Saya melihat, dikota ini sebenarnya banyak sumber daya manusia profesional yang siap dan welcome berbagi ilmunya dan nggak kalah jika dibanding dengan profesional di Jawa, karena mereka sebenarnya juga dari Jawa yang bekerja di perusahaan migas di Kalimantan ini. Dari sini, kegiatan dan aktiftas anggota dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan fasilitas dan sarana yang lebih lengkap dan lebih kompleks implementasinya.

Saya sendiri sebenarnya mengerti maksud teman-teman yang lain yang mengharapkan perguruan tinggi memfasilitasi kegiatan ini, ah, mimpi dech. Memang benar jika ada yang beranggapan dari sanalah komunitas dapat berkembang, tapi jangan lupa, terbatasnya sumber daya yang ada dapat menghambat perkembangan komunitas itu sendiri.

Well, gimana dong solusinya? Read the rest entry again.