Selasa, Juni 14, 2011

Mengukur Kejujuran, untuk Apa?

Pernah saya membaca artikel tentang “Mengukur Kejujuran” tetapi setelah membacanya saya malah bertanya-tanya bagaimana sebenarnya cara mengukur kejujuran itu, karena di artikel tersebut tidak dijelaskan cara mengukur kejujuran yang dimaksud. Saya berpendapat, mengukur kejujuran terkadang sangat subyektif, artinya penilai akan dipengaruhi oleh siapa yang dinilai, bukan apa yang dinilai dan bagaimana penilaiannya. Terkadang juga penilai dipengaruhi oleh perasaannya, seperti like or dislike?

Seorang cendekiawan barat pernah mengungkapkan statement berikut:
When you can measure what you are speaking about and express it in numbers, you know something about it ~ Kelvin

Dalam ranah penelitian sering diungkapkan terdapat dikotomi penggunaan metode penelitian, apakah penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif ataukah penelitian kuantitatif. Di dalam ilmu sosial, penelitian kualitatif bertujuan untuk mengumpulkan pemahaman mendalam tentang perilaku manusia dan alasan yang mengatur perilaku tersebut. Di dalam ilmu komputer, penelitian kualitatif biasanya berupa desain, arsitektur, pewarnaan, ergonomi, dsb. Metode kualitatif menyelidiki mengapa dan bagaimana pengambilan keputusan, bukan hanya apa, di mana, dan kapan.

Sedangkan penelitian kuantitatif bertujuan mengembangkan dan menerapkan model matematis, teori dan atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena. Proses pengukuran berpusat pada penelitian kuantitatif karena menyediakan hubungan fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan kuantitatif. Secara sederhana, ia lebih banyak melibatkan perhitungan angka-angka ke dalam sebuah model matematis. Lebih disederhanakan lagi, pengukuran (measure) dengan perhitungan matematis termasuk ranah penelitian kuantitatif.

Apa itu kejujuran?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata jujur yang artinya ada 3. Pertama, jujur (honest) (adjective) adalah lurus hati; tidak berbohong (misal dengan berkata apa adanya); kedua, tidak curang (fair) (misal dalam permainan atau ujian, dengan mengikuti aturan yang berlaku); dan ketiga tulus; ikhlas;
Sedangkan ke·ju·jur·an (noun) berarti sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati).

Berdasarkan definisi di atas, dalam tulisan ini, jujur yang dimaksud adalah yang pertama, yaitu yang berarti tidak bohong atau lurus hati. Menurut wikipedia:
Honesty refers to a facet of moral character and denotes positive, virtuous attributes such as integrity, truthfulness, and straightforwardness along with the absence of lying, cheating, or theft.

Bagaimana mengukur kejujuran?

Mengukur kejujuran (manusia) menurut saya membingungkan bila didasarkan pada 2 dikotomi penelitian di atas, termasuk kualitatif ataukah kuantitatif?

Dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga, sekolah, kerja, atau organisasi lainnya di lingkungan terdekat, seringkali seseorang yang dianggap jujur itu dinilai dari rekam jejak kehidupannya. Semakin lama kita bergaul dan mengetahui integritas seseorang dari kejujurannya selama ini, maka semakin kita yakin bahwa orang tersebut memiliki tingkat kejujuran yang tinggi. Nah! Inilah cara mengukur kejujuran itu, semakin sering seseorang jujur dan memiliki integritas untuk itu dalam waktu tertentu, maka semakin kita tahu seberapa besar tingkat kejujuran dan integritasnya.

Misal saja, si A diuji tingkat kejujurannya selama 6 bulan, yang setiap bulannya akan diberikan ujian kejujuran selama 4 kali. Tiap soal memiliki bobot/skala kejujuran yang didesain oleh pakar terkait yang tidak diketahui sama sekali oleh si A. Setelah 6 bulan ujian berlalu akan diketahui berapa besar perbandingan antara jujur (honest) dan tidak jujur (dishonest) yang telah dilakukan oleh si A. Skala perbandingan itupun ditentukan berdasarkan oleh pakar, psikologi misalnya. Dalam uji ini jelas terlihat penggabungan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Lalu, untuk apa mengukur kejujuran?

Kejujuran itu mendatangkan kepercayaan. Semakin tinggi tingkat kejujuran maka semakin tinggi tingkat kepercayaan.

Seorang terdakwa ketika menghadapi persidangan, pada saat tertentu dilakukan uji kejujuran/kebohongan, yang digunakan untuk menilai apakah yang bersangkutan jujur atau bohong, sehingga dapat dipercaya atau tidak, yang pada akhirnya akan mempengaruhi vonis keputusan hakim.

Dalam rekrutmen karyawan, pimpinan, dan semacamnya terkadang ukuran kejujuran juga diperlukan untuk melengkapi performance measurement dalam blok TQM (Total Quality Management). Dalam rekayasa jaringan komputer, mengukur kejujuran (fairness measure) digunakan untuk menentukan apakah pengguna atau aplikasi telah menerima bagian yang adil dari sumber daya sistem. Di dalamnya ada model matematis dan desain konseptual jaringan yang fair. Jelas, bila operator jaringan yang Anda langgan curang, tentu akan mempengaruhi tingkat kepercayaan Anda dengan operator tersebut kan? :-)

Masih banyak lagi. Bagaimana menurut Anda?