Kamis, Juni 28, 2007

Balikpapan, Mimpi jadi Kota Maju

Saya tidak tahu bagaimana Balikpapan akan menjadi kota besar, kota saiber, atau cuman kota minyak doang, tapi saya baru tahu bagaimana bila bermimpi saja tentang kota besar dan maju. Bagaimana tidak, mulai dari listrik yang ancur tak berdaya, air PDAM yang pasang surut dan masih banyak warga yang tergantung penuh olehnya, hingga kondisi lalulintas yang banyak dikuasai "taxi" alias angkot, beuh ... ngetem sembarangan, atau cari penumpang berhenti di tengah jalan. Hati-hati bila berkendara di belakang "taxi", atau barusan tadi saya bermotor, eh... itu "taxi" main klakson bunyi-bunyi minta jalan menang sendiri, beberapa kali saya mengalaminya, ngelus dada dech ... Kok nggak dimarahin saja, lempar batu gitu? Beuh ... orang begini ini model hilang akal dan waras, lebih baik ngelus dada saja ... Lalu, polisi, polhub dimana? hehehe... minggir saja dech.

Listrik, seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, PLN sering maunya menang sendiri, usaha keluarga kini tak berdaya akibat pemutusan sepihak tanpa pemberitahuan, padahal masih belum jatuh tempo, apa-apaan ini PLN, bukankah sudah banyak dan setiap hari sampah hujatan melayang di media massa hanya untuk PLN dan temannya, PDAM? Saya jadi kurang yakin dengan pencanangan Balikpapan Cyber City bisa terus berlanjut, lha wong ngurusi listrik saja tidak bisa kok ngurusi yang lain, mimpi kali yee ...

Kalau PDAM, saya sendiri sudah tidak ambil pusing dengannya, mau dibubarin sekalian toh sama saja, keberadaannya sama dengan ketiadaannya. Uhh... keluh.

Minggu, Juni 24, 2007

Beli Buku karena Murah


Minggu pagi saya baca harian lokal ada berita obral buku komputer murah di Gramedia, serba 10 ribu rupiah saja, tidak melihat tebal-tipisnya, hmm... penasaran jadinya. Saya lihat jam masih pukul 9 pagi, ah ... masih 1 jam lagi baru buka. Tapi entahlah, saya baru jalan pukul 5 sore, jadi begitu sampai di toko buku ... wah, sudah berantakan. Ok dech, saya putar-putar ... beuh ... nggak ada yang minat! Bukunya sich banyak banget ya, cuman itu buku tutorial banget, proprietary doang ... ah, coba dicari lagi, kira-kira buku apa ya yang saya minati. Ahhaa ... ! Blender, ya, ada panduan lengkap menggunakan Blender, tapi kok bukunya usang banget, mirip loakan samping stasiun Pasar Turi Surabaya! Setelah muter sekali lagi cari yang agak kinyis-kinyis, huh ... nggak ada, cuman satu biji. Oklah ... gapapa ini saja, eit ... ada Manajemen Proyek, ada Squid ... ambil saja. Tiga buku cuman 30 ribu rupiah.



Setelah agak tenang di rumah, sobek bungkus, baca, uuh ... 2 buku keluaran tahun 2001! Hanya Blender yang baru 3 tahun. Hmm ... usang banget, komputer mah ... teknologinya cepat berkembang, pantas murah.

Rabu, Juni 20, 2007

Jalan ke Mall tanpa Uang!

Kejadian ini menimpa saya sore kemarin, ketika itu abang RQ menghubungi saya untuk diajak nongkrong di mall sepulang kerja. Karena waktu mendekati pukul 5 sore, saya berencana pulang dulu untuk bersih-bersih dan sholat asar dulu. Setelah itu, baru ganti celana dan pakai kaos saja, langsung cabut ke mall.

Sampai di mall, masuk parkir di depan toko bazaar masih biasa saja, tapi begitu masuk mall dan lihat ada flasdisk murah ... gosh! saya langsung sadar, tak ada sepeserpun uang! jangankan uang, dompet pun tak ada! waah ... gawat. Langsung saja saya kontak ponsel istri untuk nyusul ke mall, eh ... tak ada yang ngangkat, 13x miss call! Satu-satunya jalan saya harus ketemu abang RQ dan ... pinjam duit seribu perak buat ongkos pulang nantinya ... hiks. Kok cuma seribu? Iya, itu buat ongkos parkir saja. Tapi dasar apes, abang RQ belum nongol! Akhirnya ketemu akang Budi Stallman, abang RQ, dan mas Asfin. Konsentrasi relaks nongkrong sejenak pun buyar, tong pes kantong kempes ... jadi, waktu disodori pesan minum pun ... diam saja.

Tak lama kemudian akhirnya istri datang, tapi nggak gratis boo ... akhirnya yaa ... belanja sekalian dech ... jadi ingat waktu belum punya anak, hehehe ...

Kamis, Juni 14, 2007

Presentasi menggunakan Infokus dan Ubuntu

Salah satu kesulitan saya ketika presentasi dengan menggunakan Linux yang langsung disambungkan dengan LCD atau Infokus adalah gambar tidak muncul. Tapi, bila Linux di-boot dari awal dengan kabel monitor tersambung, maka baru kelihatan gambarnya. Walaupun begitu resolusi yang ditampilkan di layar kadang tidak mendukung, sehingga gambar terpotong. Device yang saya gunakan adalah Intel Corporation Mobile 915GM/GMS/910GML, sedang distro yang digunakan adalah Linux Mint Bianca, satu keluarga dengan Ubuntu Edgy.

Untuk itu saya coba-coba mengedit xorg.conf yang ada di /etc/X11/xorg.conf

    $ sudo gedit /etc/X11/xorg.conf

kemudian cari kode di bagian monitor

    Section "Monitor"
    Identifier "Generic Monitor"
    Option "DPMS"
    EndSection

tambahkan option berikut dibawahnya sehingga seperti berikut:

    Section "Monitor"
    Identifier "Generic Monitor"
    Option "DPMS"
    Option "Clone" "true"
    Option "MonitorLayout" "CRT,LFP"
    Option "DevicePresence" "yes"
    EndSection

simpan dan show must go on!

Selasa, Juni 12, 2007

Kembali ke ... Kuliah dan Tugas Akhir

Kembali ke meja kuliah, saya hanya titip nge-link saja di sini, yang saya tujukan pada mahasiswa saya dalam mata kuliah Pemrograman Internet kelas TI4C, TI4D, dan TI4E serta beberapa kelas yang saya asuh. Materi sebagian juga bisa digunakan untuk belajar mandiri.

Untuk itu silahkan donwnload materi maupun tugas akhir di sini http://subura.stikom-bpp.ac.id

Adapun hasil ujian, bisa jadi akan saya upload juga di alamat tersebut.

Selamat belajar!

Senin, Juni 11, 2007

Menentukan Prioritas dan Target

Beberapa hari ini ada banyak pekerjaan dadakan yang cukup memusingkan, betapa tidak, pekerjaan-pekerjaan dadakan ini bukan sekedar dikerjakan dan diselesaikan begitu saja. Tapi membutuhkan tindak lanjut yang juga harus dievaluasi, weks ...

Di antara pekerjaan dadakan tersebut sebenarnya berasal dari pekerjaan lama yang belum selesai yang membutuhkan support, namun support yang dibutuhkan saat itu baru muncul belakangan ini. Selain itu juga, muncul beberapa keinginan disela-sela menyelesaikan pekerjaan utama padahal pekerjaan dadakan belum selesai dan menunggu beberapa hal yang harus diselesaikan. Keinginan ini biasanya ditimbulkan akibat otak berjalan-jalan dalam menyelesaikan pekerjaan atau suatu masalah, ya ... ibarat jalan-jalan ke mall lalu melihat sesuatu yang menarik lalu muncul keinginan untuk mendapatkan sesuatu itu suatu saat, begitu jalan lagi dan melihat sesuatu yang menarik muncul keinginan lagi, dan seterusnya.

Untuk itu, agar penyelesaian masalah tidak melebar kemana-mana, sepertinya harus ada batasan dalam menyusun prioritas serta target pencapaian, agar goal yang diharapkan [mudah-mudahan] terwujud.

Well ... berikutnya menyusun apa-apa saja yang menjadi prioritas.
Selamat bekerja.

Sabtu, Juni 09, 2007

Linux Mint, Mengapa Kau Katrok?

Awalnya saya menggunakan, enjoy saja dan asyik banget. Karena bila dibanding dengan Ubuntu yang kita install standard untuk desktop, maka kita akan instalasi perangkat lunak yang lain kembali untuk menambahkannya. Sedangkan Linux Mint sudah "tidak perawan" lagi, alias Ubuntu yang dioprek oleh pengembangnya. Yang bikin sedikit lucu itu, Linux ini mirip gayanya Tukul di Empat Mata-nya. Betapa tidak, saat masuk ke terminal konsol, ada saja kalimat-kalimat katrok yang bikin ngeh. Berikut saya kupipes dari sana seperti ini:

    Be cautious in your daily affairs.
    subura@subura-bianca:~$ sudo su
    Password:
    Q: What do you call 15 blondes in a circle?
    A: A dope ring.

    Q: Why do blondes put their hair in ponytails?
    A: To cover up the valve stem.
    root@subura-bianca:/home/subura#

Nah, ada yang lebih panjaaang ... sekali

    You are standing on my toes.
    subura@subura-bianca:~$ sudo su
    Password:
    The Bulwer-Lytton fiction contest is held ever year at San Jose State
    Univ. by Professor Scott Rice. It is held in memory of Edward George
    Earle Bulwer-Lytton (1803-1873), a rather prolific and popular (in his
    time) novelist. He is best known today for having written "The Last
    Days of Pompeii."

    Whenever Snoopy starts typing his novel from the top of his doghouse,
    beginning "It was a dark and stormy night..." he is borrowing from Lord
    Bulwer-Lytton. This was the line that opened his novel, "Paul Clifford,"
    written in 1830. The full line reveals why it is so bad:

    It was a dark and stormy night; the rain fell in torrents -- except
    at occasional intervals, when it was checked by a violent gust of
    wind which swept up the streets (for it is in London that our scene
    lies), rattling along the housetops, and fiercely agitating the scanty
    flame of the lamps that struggled against the darkness.
    root@subura-bianca:/home/subura#

Naah ... katrok kan? Hahaha ...