Minggu, November 22, 2009

10 Alasan Eee PC 701 menggunakan Ubuntu 9.04 Desktop

ASUS Eee PC 701 4G sempat populer medio 2007 lalu, dan kini 2 tahun lebih mungkin sudah dilupakan banyak orang. Sebaliknya, saya malah beranggapan inilah OLPC XO Laptop unik yang ada saat ini, murah, mungil, ringan, bandel, mobile, dan cocok banget untuk belajar anak-anak sekolah dasar. Ya, itulah alasan pertama saya ingin memilikinya, selain untuk hiburan secara mobile seperti membaca, menulis, menyelesaikan pekerjaan ringan, atau sekedar bersantai bermain social-network. :-)

Saya mendapatkan baru dalam kondisi preinstalled Windows XP OEM Licensed dan tak ada pilihan lain, sehingga harga lebih mahal jika dibanding dalam kondisi tanpa OS. Perkirakan saya harga tanpa Windows XP sekitar $100 US, jauh turun dari harga tahun 2007 lalu sekitar $399 US. Tapi sayang, konon, produsen membatasi distribusi Eee PC 7” ini di beberapa wilayah negara, sehingga untuk mendapatkannya secara bebas sekarang ini agak sulit.

Nah, omong-omong bila ingin memasang sistem operasi Linux, maka pilihan saya jatuh pada distro Ubuntu 9.04 Jaunty Jackalope versi Desktop Standard daripada versi Netbook Remix. Berikut alasannya:
  • Perangkat Lunak Bebas dan Open Source (PLBOS)
    PLBOS dipilih karena terbukti cocok, murah, nyaman, dan lebih bebas tanpa ada kekawatiran yang berlebihan berkenaan masalah lisensi, ketergantungan, dan vulnerabilitas sistem. Meski demikian, OS lain yang sudah ada tetap dibiarkan di tempatnya, karena sudah terbeli dan untuk pilihan lain yang relevan dengan kebutuhan.
  • Telah teruji luas.
    Sejak rilis bulan April lalu, sudah banyak catatan komunitas yang mengulas keunggulan Ubuntu 9.04 berjalan baik di Eee PC 701, yang menunjukkan hardware dikenali dengan baik oleh sistem ~$ hwinfo.
  • Ketersediaan Repository.
    Kebetulan saya sudah memiliki DVD repository, sehingga bila memerlukan paket-paket besar bisa secara offline, sedangkan untuk keperluan support dan update paket kecil cukup akses Internet murah sesuai infrastruktur provider broadband di Indonesia. DVD repository dibutuhkan untuk menghindari ketergantungan dan pemborosan Internet.
  • Cocok dengan layar 7 inchi.
    Meski resolusi layar terbatas hingga mode 800x480, tapi tampilan tetap bisa diatur agar jendela dialog dapat memperlihatkan tombolnya, misalnya dengan menonaktifkan Constraint Y pada compiz-config-setting-manager, mengecilkan font-size, auto-hide panel dan mengatur global-menu ala MacOS. Mungkin bisa juga menkonfigurasi ulang xorg.conf atau xrandr, tapi belum sempat berhasil.
  • Dapat menjalankan perangkat lunak sesuai kebutuhan dasar.
    Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan belajar anak yang memerlukan perangkat lunak ringan untuk membantu merangsang imajinasinya dengan harapan muncul ide kreatif sehingga tumbuh inovasi, apapun hasilnya. Sesuai usianya di sekolah dasar tingkat pertama, perangkat lunak dasar itu seperti Gcompris, Tuxpaint, Childsplay, Inkscape, Gimp, OpenOffice (for Kids) yang digunakan untuk menerapkan hasil belajar di sekolah (menulis, berhitung, bahasa Inggris, atau menggambar) atau mengaji (mengenal dan menulis huruf Arab).
  • Kurang familiar menggunakan Netbook Remix.
    Beberapa aplikasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya di Netbook Remix, jendela dialog terasa kaku, compiz tidak berjalan baik, sulit mengatur tampilan, anak-anak tidak terbiasa menggunakan desktop berbeda dari yang sebelumnya digunakan orangtuanya, dsb.
  • Mendukung Mobilitas.
    Perpaduan antara Ubuntu 9.04 dan XO Laptop ini sangat menarik, ringkas, dan ringan seperti membawa sebuah buku atau e-book reader. Meski begitu, hati-hati membawanya di tempat umum atau saat berkendaraan di mobil, pesawat, kapal laut, bersantai di pinggir pantai, atau dimana saja. Hal itu karena bentuknya yang kecil dan asyik, orang sering lupa menyimpannya kembali ketika selesai menggunakannya.
  • Menanti Ubuntu 10.4 LTS Lucid Lynx.
    Dari beberapa rilis yang pernah saya coba, sepertinya rilis Long Time Support (LTS) Ubuntu memiliki stabilitas lebih baik untuk produktifitas. Maaf, pendapat ini tanpa referensi dan subyektif menurut saya hanya berdasar pengalaman menggunakan cukup lama Ubuntu Hardy Heron sebagai primary OS. Apalagi aktivitas install sistem operasi baru cukup menyita waktu. Meski demikian, saat ini sepertinya repository main Ubuntu 9.04 sudah tidak menyediakan ubuntu-restricted-extras atau gstreamer terpisah yang harus diinstalasi agar bisa memutar dan mendengarkan musik MP3 dan format restricted proprietary lainnya. Cukup instalasi Audacious dan VLC Player, maka paket ketergantungan (dependency packet) restricted tadi akan mengikutinya, sehingga lebih mudah dan ringkas. CMIIW.
  • Battery tua.
    XO Laptop ini sepertinya stok lama, karena diidentifikasi battery tua oleh sistem, sehingga umur battery aktif tanpa listrik sekitar 1 jam untuk aktivitas Internet, sedang tanpa Internet sekitar kurang dari 1,5 jam saja, cukup singkat.
  • Hard-Disk SSD 4 GB.
    Cukup kecil, tapi saya tambahkan 8 GB Removable Disk untuk data dan boot Ubuntu 9.04, syukurlah bisa booting dan running normal, cukup cepat. Berkas penting dan besar disimpan di tempat lain atau online storage, ringkas bukan?


Demikian alasannya, bagaimana dengan alasan Anda?

Jumat, September 25, 2009

Apa Untungnya Ngeblog?

Pertanyaan itu mengemuka ketika hari ini saya ditanya tentang blog saya yang sudah lebih dari 4 tahun berdiri, tapi sepertinya kelihatan “tidak menghasilkan uang”. Penanya bertanya penasaran apa yang saya dapatkan dari ngeblog selama ini. Bagi saya, pertanyaan-pertanyaan itu tidak penting haha...

Begini saja, untuk mengetahui apa untungnya ngeblog, setidaknya harus tahu dulu tujuan awalnya ngeblog. Apabila tujuan dan cara meraih tujuan sudah terbentuk, maka keuntungan yang diperoleh baik yang terukur (tangible) ataupun tidak terukur (intangible) akan dapat dirasakan, setidaknya oleh blogger itu sendiri. Sebagai contoh, bila tujuan ngeblog awalnya adalah untuk mendapatkan penghasilan, maka ada beberapa cara yang saya ketahui.

  • 1. Iklan. Blog yang banyak memasang iklan, baik iklan seperti Google Adsense dkk, maupun iklan manual yang dipasang peminat. Blogger dapat uang dari iklan tersebut. Syaratnya, silakan searching banyak tutorial terkait pemasangan iklan di blog.

  • 2. Penulis. Dibayar atas artikel --berupa opini, riset, review, analisis, tips trik, advertising, dsb-- yang ditampilkan di media atau blog tertentu. Syaratnya nggak sembarangan, pintar menulis saja tidaklah cukup.

  • 3. Jasa pembuatan dan pengelolaan blog. Dibayar atas jasanya membuat dan atau mengelola blog client, baik dari perusahaan (enterprise) maupun independen. Syaratnya lebih ke masalah teknis seperti server, desain, pemrograman, basis data, pemeliharaan hingga masalah non-teknis lainnya seperti aturan ngeblog dsb.

  • 4. Jasa konsultan dan pelatihan blog. Biasanya berhubungan dengan nomor 3 di atas, pada skala enterprise untuk kebutuhan branding perusahaan.

  • 5. Blog e-commerce. Mendapatkan uang dari produk yang dijualnya melalui blog, baik produk berupa barang atau jasa keperluan sehari-hari, desain web, themes, software, fotografi, video, dsb. Model yang digunakan berupa B2C, kadang malah berupa blog biasa saja, sedang transaksi melalui transfer bank dan konfirmasi email/SMS.

  • 6. Menulis blog karena tuntutan profesi seperti advokat, dokter, marketer, politikus, jurnalis, akademisi, analis, periset, pendidik, dsb, yang secara tidak langsung mempengaruhi penghasilan atas profesinya, dan blog --sebagai alat saja untuk menyampaikan dan mendapatkan ide, gagasan, masukan, solusi, memperluas jaringan atau sekedar catatan ringan untuk melatih ketajaman analisis-- yang dibutuhkan untuk membantu meraih tujuan profesi dan karirnya.

  • 7. Mungkin ada beberapa yang belum saya ketahui, silakan tambahkan.

Well, tujuan blog saya seperti tertera pada profil saya, meski demikian, nomor 3 dan 6 sedang saya jalani sampai sekarang, lainnya pernah coba-coba, kecuali nomor 2 masih abal-abal. Bagaimana dengan Anda?

Good luck!

Kamis, September 24, 2009

Selamat Lebaran 1430 H


Lebaran 1430 H
Originally uploaded by suburanugerah

Meskipun agak telat posting karena baru sempat upload, tapi foto diambil sebelum berangkat sholat Ied 1430 H di Balikpapan, dalam kesederhanaan. :-)

Happy Eid Mubarak!

Senin, September 14, 2009

Simulasi Rukyatul Hilal 1 Syawal 1430 H

Seperti yang banyak diketahui, di Indonesia menjelang 2 hari raya Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, pemerintah sibuk menggelar sidang itsbat dengan ahli hisab dan rukyat di Departemen Agama Jakarta, sehingga sebagian orang sering mendengar istilah rukyatul hilal atau mengamati bulan secara langsung. Hal ini karena berdasarkan perintah Rosululloh sebagai berikut: “Apabila kamu sekalian melihat hilal (bulan awal tanggal Ramadhan) maka berpuasalah (pada tanggal 1 Ramadhan), apabila kamu sekalian melihat hilal (bulan awal tanggal Syawal) maka berbukalah, dan apabila kamu sekalian melihat bulan tertutup (tak terlihat/terhalang), maka hitunglah 30 hari!” HR Muslim.

Nah, berikut hasil simulasi saya dengan menggunakan Stellarium pada Ubuntu 9.04 Jaunty Jackalope, dengan patokan: akan merukyat 1 Syawal 1430H di Balikpapan, dalam 1 bulan Hijriah ada yang terdiri atas 29 hari atau 30 hari. Awal 1 Ramadhan 1430 H jatuh pada tanggal 22 Agustus 2009, maka mulai merukyat pada tanggal 29 Ramadhan atau tanggal 19 September 2009 menjelang matahari terbenam. Hasilnya, berdasarkan simulasi ini hilal terlihat saat matahari terbenam, atau awal 1 Syawal jatuh pada tanggal 20 September 2009.



Simulasi ini tidak ada hubungannya dengan keterangan Menteri Agama Dr. KH Muhammad Maftuh Basyuni hari Senin ini, 14/09, tapi ini hanyalah simulasi dan hanya ilmu pengetahuan yang saya coba-coba saja. :-)

Semoga bermanfaat.

Minggu, September 13, 2009

Tips OpenOffice: Bug OpenOffice 3.x Non Stable

Pada tips sebelumnya saya sarankan untuk pekerjaan serius jangan ambil resiko menggunakan versi non stabil, berikut ini pengalaman saya.

Beberapa waktu yang lalu ketika sedang mengejar batas akhir pengumpulan paper, saya sempat iseng menaikkan OpenOffice 2.4 ke versi 3.1 di Ubuntu 8.04 Hardy Heron. Gara-garanya karena tertarik dengan fitur yang ada di OpenOffice Calc, entahlah sudah lupa, yang jelas fiturnya enggak penting banget buat kebutuhan mendesak saat itu. Tanpa melakukan review dulu, saya langsung hapus versi 2.4, lalu memasukkan repository launchpad untuk mengunduh versi 3.1 dan sukses.

Saat mencoba, masalah muncul ketika lay-out dokumen sedikit berubah, sehingga jumlah halaman bertambah lebih banyak. Setelah melakukan setting sama persis seperti pada versi 2.4, lay-out dokumen masih belum pas, seperti ada selisih sekian mili pada spasi. Saya ingat, font Times New Roman pada versi 2.4 saya ambil dari font asli Microsoft Windows, dan ternyata benar ketika hal yang sama saya terapkan pada versi 3.1, maka lay-out dokumen kembali normal, problem solved. Satu pelajaran: sepertinya ukuran (size: 12) font Times New Roman OpenOffice ada selisih sangat tipis dibanding ukuran font Times New Roman Microsoft Windows.

Masalah berikutnya, ketika melakukan editing dan melihat daftar isi, ada yang aneh dengan nomor sub-bab yang tidak urut. Syukurlah, sejak awal menggunakan Insert Indexes and Tables, maka solusinya tinggal melakukan penyesuaian langsung pada dokumen, dengan begitu daftar isi menyesuaikan secara otomatis. Disinilah bug itu ketahuan, fungsi Outline ternyata tidak tersedia (lihat tangkapan layar) pada kotak dialog Indexes and Tables. Karena deadline paper mendesak, maka saya coba lari ke Windows dan instalasi OpenOffice 3.1. Ding! Ternyata masalah sama, OMG! Tapi syukurlah, CD Jaunty Jackalope dari Shipit selalu digendong kemana-mana, dan disitu sudah ada OpenOffice 3.0, singkat kata: problem solved.

Berikut tangkapan layar Indexes and Tables:
OpenOffice 3.1 launchpad (non-stable) Ubuntu 8.04 Hardy Heron, Outline tidak ada.

OpenOffice 3.1 for Microsoft Windows, Outline tidak ada.

OpenOffice 3.0.1 stabil Ubuntu 9.04 Jaunty Jackalope, Outline ada.

Semoga bermanfaat.
________________________________________________
Tulisan ini dibuat untuk menyukseskan Lomba Blog Open Source P2I-LIPI dan Seminar Open Source P2I-LIPI 2009.

Jumat, September 11, 2009

Mengikuti Lomba Blog Open Source

Akhir-akhir ini saya kembali semangat menulis blog, memikirkan ide-ide atau topik apa yang cocok dengan mood, dan menuangkannya kedalam bentuk tulisan ringan, terkesan ecek-ecek, tapi itulah yang terlintas di benak saya. Saya justru kurang begitu suka menulis dengan topik ngetrend sesaat seperti topik populer atau headline-news dari media massa, atau menulis menurut 'pesanan' atau permintaan orang, kecuali jika memang itu dikerjakan secara profesional, halah. :-)

Setidaknya ada 2 event yang saya catat cocok dengan mood saya untuk menulis. Pertama, event yang diadakan oleh P2I-LIPI, dan yang kedua diadakan oleh ILC 2009 Makassar. Walaupun mood tinggi, sambil terkantuk-kantuk pun akhirnya dua buah tulisan ala kadarnya ini dan itu telah berhasil saya posting di blog ini, plus melabelinya dengan tag lomba blog. Tujuan awalnya adalah melatih kembali mood untuk menulis yang sempat blank selama hampir 2 bulan terakhir ini. Selain itu, saya hanya ingin ambil bagian meramaikan dan menyukseskan gerakan yang saya nilai cukup positif itu. Pasalnya, saya merasa sangat berterima kasih dengan hadirnya dunia Open Source dan aktivitas komunitasnya, yang, sangat membantu saya --maupun keluarga kecil saya-- dalam memenuhi kebutuhan dasar teknologi informasi, baik untuk bekerja dan pekerjaan, belajar dan pelajaran, sekolah dan sekolahan, mencari dan berbagi informasi, maupun sekedar hibur-menghibur hingga saat ini, luar biasa sekali.

Akhirnya, semoga bermanfaat.

Kamis, September 10, 2009

Tips OpenOffice: Tutorial Video Youtube Menulis Arab

Keistimewaan perangkat lunak bebas dan Open Source seperti OpenOffice ini memang luar biasa. Banyak sekali tools yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan ataupun dieksplorasi untuk menggali kreativitas maupun sekedar untuk hiburan, salah satunya adalah menulis Arab. Untuk yang satu ini sepertinya sudah banyak yang mengulasnya, bahkan sebelumnya saya juga pernah menulis hal yang sama. Namun kali ini, saya hanya mengulas dengan membuat video cara paling sederhana menulis Arab menggunakan OpenOffice di lingkungan Ubuntu 9.04 Jaunty Jackalope, tanpa repot-repot mengunduh berbagai macam software yang tidak diketahui keberadaannya atau bahkan beresiko menghadapi masalah keamanan sistem.



Selamat menikmati. :-)
________________________________________________
Tulisan ini dibuat untuk menyukseskan Lomba Blog Open Source P2I-LIPI dan Seminar Open Source P2I-LIPI 2009.

Tips OpenOffice: Portrait dan Landscape pada Satu Dokumen

Bagi pekerja kantoran, pekerja independen, siswa atau mahasiswa yang sering bekerja membuat artikel panjang, naskah cerita, proposal, atau paper ilmiah seperti jurnal, skripsi, tesis maupun desertasi, mungkin sudah terbiasa mengoperasikan Windows dan Microsoft Office untuk mendukung pekerjaannya. Sering dijumpai naskah yang sangat panjang yang terdiri atas beberapa halaman, apalagi orientasi halaman yang berbeda-beda, ada yang tegak (Portrait) ataupun membentang (Landscape) dalam satu dokumen yang berurutan nomor halamannya. Apalagi di dalam dokumen sudah termasuk sampul, kata pengantar, daftar isi otomatis, hingga lampiran tebal yang semuanya harus disusun cepat dan rapi, memiliki bookmarking, hyperlink, export ke format pdf sebagai e-book, dan sebagainya sehingga mudah dilakukan pencetakan, dokumentasi, atau didistribusikan untuk dimanfaatkan secara cepat dan ringkas sesuai tujuan dokumen.

Tapi, apakah semua pekerjaan tersebut bisa ditangani perangkat lunak bebas dan Open Source seperti Linux dan OpenOffice?

Itu mudah saja, dan tentu tak bisa dibahas semua di sini. Peningkatan versi OpenOffice saat ini semakin lengkap dan menarik, dengan harga yang Rp 0, fungsi yang diberikan OpenOffice tak kalah dengan fungsi Microsoft Office.


Sebagai misal untuk masalah pertama pada contoh gambar di atas berupa 2 halaman Portrait dan Landscape pada satu dokumen, maka langkahnya sebagai berikut:
  • Jalankan OpenOffice 3 atau versi 2.4 stabil dan dibawahnya, buat dokumen baru. Dalam hal ini saya gunakan OpenOffice 3.0 stabil pada Linux Ubuntu 9.04 Jaunty Jackalope. Untuk pekerjaan serius, disarankan gunakan versi stabil, jangan ambil resiko menggunakan versi non-stabil.

  • Sebagai percobaan, buat text Portrait dan Landscape.


  • Pilih menu Format > Styles and Formatting (F11), akan muncul kotak dialog kecil, pada menu pilih Page Styles.


  • Tambahkan fungsi baru dalam Page Styles, caranya, arahkan pointer pada area kosong, klik kanan dan pilih New, maka muncul kotak dialog Page Style.


  • Pada tab Organize, isi kolom Name: Portrait, lalu tekan tombol keyboard Tab, maka kolom Next Style akan mengikuti kolom Name. Lalu tekan OK.

  • Lakukan hal yang sama pada langkah 4 dan 5 untuk membuat fungsi Landscape, bedanya, pada Page Style pilih tab Page, lalu cek Orientation: Landscape. Kemudian OK.


  • Berikutnya, arahkan pointer di baris paling akhir sebelum text Landscape, pilih menu Insert > Manual Break, maka muncul kotak dialog. Cek bagian Page Break, pilih dropdown Landscape yang telah dibuat tadi. Tekan OK.


  • Hasil setidaknya seperti gambar pertama di atas tergantung pengaturan. Bila halaman berikutnya ingin kembali ke orientasi Portrait, lakukan Manual Break kembali dan pilih Page Style Portrait.

Mudah sekali, kan? :-)
_________________________________________
Tulisan ini dibuat untuk menyukseskan Lomba Blog Open Source P2I-LIPI dan Seminar Open Source P2I-LIPI 2009.

Senin, Juli 13, 2009

Bermain dengan RIA, Rich Internet Application


Tampaknya RIA akan menjadi mainan bagus di masa depan, beberapa waktu lalu saya sempat mencoba Facebook for AIR, tapi ternyata menggunakan resource CPU yang cukup tinggi. Sempat saya penasaran dengan Time Desktop, yaitu aplikasi desktop untuk pembaca Time.com, dan kecewa berat pada e-paper Kompas dan beberapa media Internet yang... ah, no-comment lah, namun kini terhibur kembali dengan adanya New York Times, dan wasting time bersama Seesmic Desktop yang cool banget.

Dari sisi Technological Mix, dukungan terhadap RIAs muncul beragam dari beberapa single technology macam Adobe dengan Adobe AIR, Microsoft dengan Silverlight, Sun Microsystems dengan JavaFX, atau Open Laszlo berbasis Open Source yang kompatibel dengan Flash dan diklaim tidak menyebabkan vendor-lock-in, tetapi yang perlu dari semua itu adalah pemanfaatan RIAs haruslah sama secara bebas digunakan untuk lintas platform, prinsipnya one runtime environment for all.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, Juli 04, 2009

Format e-Paper Kompas.Com Memaksa Banget

Saya tidak habis pikir rasanya, benar-benar tidak menduga epaper.kompas.com begitu cepat berubah. Sebagai salah satu pengguna Linux, saya menggunakan epaper.kompas.com untuk koleksi kliping artikel dengan cara take-screenshot, baik artikel berita maupun iklan inspiratif yang menarik saya. Saya tertarik situs tersebut dan pernah saya posting di blog saya, dan saya biasa suka mengoleksi kliping digital, seperti yang pernah saya tempel juga di blog saya ini. Saya akui, cukup berat untuk mengakses epaper Kompas dengan bandwidth minimalis IM2 milik Indosat yang saya langgan ini. Saya tidak tahu mengapa IM2 sangat minimalis, apakah karena harganya murah hanya 100 ribu perbulan unlimited, ataukah karena memang kualitasnya hanya sampai disitu saja? Saya tetap tidak tahu alasan pastinya, dan saya harap ini bukan pencemaran nama tidak baik IM2. Meski demikian, bila suatu saat bandwidth mencukupi dan ada kesempatan membaca, saya dapat mengakses epaper untuk sekedar membaca koran digital itu. Ini mempermudah saya dengan segala keterbatasan untuk mendokumentasikan berita pilihan saya. Namun bila bandwidth mengecil, saya hanya puas mengakses situs berita yang saya langgan di Google Reader melalui perangkat genggam sederhana saya.

Dengan adanya perubahan platform epaper -- yang sebelumnya cukup ramah digunakan oleh beberapa platform -- menjadi hanya untuk satu platform sistem operasi tertentu, maka dampaknya banyak pengguna Linux yang tak berkutik dan tidak dapat mengakses format epaper.kompas.com terbaru itu, meskipun ada tambahan instalasi mono sekalipun. Kini, situs itu walaupun kelihatan tambah canggih, tapi serasa menjadi tidak menarik lagi karena membatasi ruang gerak pembacanya, dan pembaca serasa dipaksa untuk berpindah menggunakan platform yang jelas-jelas bukan menjadi pilihan dan kebutuhannya. Bagi saya ini soal kultur saja, ibaratnya wong ndeso yang biasa nongkrong di warung angkringan nasi kucing yang ekonomis, halal, bikin kenyang dan bergizi, maka tujuan mengisi perut sudah tercapai, daripada wong ndeso sok kaya tapi suka "membajak" alias makan nggak bayar di McDonald, taunya malah bikin sakit perut dan muntah karena nggak cocok. ;-)

Tapi sudahlah, itu sudah menjadi keputusan manajemen Kompas.com selaku enterprise. Bagi saya, semua itu menjadi pelajaran penting bagi organisasi bisnis apa saja, untuk mempertimbangkan kembali langkah penerapan TI tidak hanya berdasarkan teknologi semata, tapi juga atas dorongan bisnis. TI bukan lagi dipandang sebagai pendukung proses bisnis saja, melainkan kebutuhannya lebih didasarkan atas dorongan data fungsi bisnis sesuai kondisi saat ini dan rencana masa depan. Sama seperti situs Internet Banking saat ini, situs media memiliki salah satu fungsi bisnis menjangkau dan melayani customer yang platform-nya heterogen dan dipandang sama, tanpa mendiskriminasi sedikitpun customer yang lain. Nah, disitulah tantangan situs perusahaan berbasis layanan menjalankan TI selaras fungsi bisnis untuk meraih visi yang lebih besar.

Sabtu, Mei 30, 2009

Rokok, Antara Kesehatan dan Penerimaan Negara

Rendahnya harga rokok, pertumbuhan penduduk, kenaikan pendapatan rumah tangga, dan mekanisasi industri rokok kretek ikut menyumbang meningkatnya konsumsi tembakau yang signifikan di Indonesia sejak tahun 1970-an. Sebagian besar perokok di Indonesia (88 persen) mengkonsumsi rokok kretek yaitu rokok yang terdiri dari tembakau yang dicampur cengkeh.

Akibat informasi yang tidak sempurna, sebanyak 78 persen dari perokok Indonesia mulai merokok sebelum usia 19 tahun. Nikotin bersifat sangat adiktif (mencandu), hal ini ditunjukkan oleh perokok usia di bawah 15 tahun, dimana 8 dari 10 diantaranya gagal dalam usahanya untuk berhenti merokok. Konsumen rokok secara terus menerus dihadapkan pada gencarnya iklan yang mempromosikan rokok sebagai sesuatu yang umum diterima di lingkungan sosial.

Merokok menyebabkan timbulnya biaya bagi mereka yang tidak merokok dan masyarakat pada umumnya. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menyembuhkan penyakit yang terkait dengan konsumsi rokok mencapai Rp 2,9 triliun sampai Rp11 triliun per tahun (US$ 319 juta – US$ 1,2 milyar). Selain itu, asap rokok bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Lebih dari 97 juta penduduk Indonesia yang tidak merokok terpapar asap rokok orang lain.

Rumah tangga perokok menghabiskan 11,5 persen dari total pengeluaran bulanan untuk membeli rokok. Tingginya pengeluaran tersebut memiliki dampak serius terhadap kesejahteraan. Hasil studi pada masyarakat miskin perkotaan menyimpulkan bahwa rumah tangga yang kepala keluarganya merokok akan mengalihkan pengeluarannya dari makanan ke rokok dan meningkatkan prevalensi kurang gizi pada anak-anaknya.

Separuh dari 57 juta perokok di Indonesia saat ini akan meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok. Ironisnya, dari sisi penerimaan negara, cukai tembakau lebih mudah dikelola, karena enam perusahaan rokok besar berkontribusi sekitar 88 persen pada total penerimaan cukai tembakau, dan sekitar 71 persen pangsa pasar dikuasai oleh tiga perusahaan [1].

Indonesia hingga per tanggal 22 Mei 2009, adalah satu-satunya negara di South-East Asian yang belum menjadi anggota Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) [2]. Masa kalah sama Timor Leste?

* Dengan sedikit penyuntingan dan tambahan, sebagian besar artikel dikutip dari ringkasan eksekutif laporan penelitian Ekonomi Tembakau di Indonesia - Lembaga Demografi, FE, UI - 2008. http://www.fctc.org
** Untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, 31 Mei 2009.

Taut terkait:
[1] http://www.fctc.org/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=5&Itemid=183
[2] http://www.fctc.org/index.php?option=com_docman&task=doc_details&gid=131&Itemid=159

Rabu, Mei 27, 2009

Kapan Waktu yang Tepat Mengucapkan Selamat Pagi, Siang, dan Malam?

Hari itu terlihat lalu lalang orang pergi bekerja melewati jalanan, saat jam dinding menunjukkan pukul 9.10, dan saya pun menelpon sebuah kantor "Selamat Siang...", begitu sapaan dari seberang kantor itu. Saya pun membalas "Selamat Pagi..." Perbedaan sapaan ini saya sengaja, dan ini bukan yang pertama kali. Saya katakan bahwa hari itu masih pagi, masih pukul 9 pagi lebih sedikit, dan itu sebuah kantor! Tapi, apa jawaban di sana, "Oh... not bad, itu karena Bapak bangunnya kesiangan... " Wahaha...

Memang, ada yang menyebutkan batas pagi dan siang, tidak dapat ditentukan secara tegas. Namun demikian saya sepakat dengan artikel pak Gunawan Munsyi, yang menyebutkan kita lazim mengucapkan selamat siang antara pukul 10.00 dan pukul 14.00. Selamat sore lazim diucapkan antara pukul 14.00 dan pukul 18.30. Pada pukul 16.30 sampai pukul 18.30, pada situasi yang formal, lazim diucapkan selamat petang. Selamat malam lazim diucapkan antara pukul 18.30 dan 04.00. Kita tidak lazim mengucapkan selamat subuh atau selamat dini hari. Antara pukul 04.00 dan pukul 10.00 lazim diucapkan selamat pagi.

Semoga bermanfaat.

Kamis, Mei 21, 2009

CD Ubuntu 9.04, Backup dan Sebarkan



Sekitar 2 minggu yang lalu 5 CD paket Ubuntu 9.04 atau Jaunty Jackalope edisi Desktop yang saya pesan dari shipit Canonical sudah saya terima, termasuk paket-paket sebelumnya, untuk itu saya ucapkan terima kasih pada Mark Shutterlworth melalui Canonical atas kirimannya. Jumlah CD sengaja saya tidak mengambil banyak, bahkan versi sebelumnya saya hanya memesan 1 buah saja. Tujuannya untuk membantu hemat Canonical, halah, padahal ongkos kirim mungkin sama dengan jumlah CD yang lebih banyak ya... :-)

Saya sendiri malah hingga saat saya tulis ini belum sempat menjajal Jaunty, bahkan Intrepid Ibex pun juga belum, maklum, masih nyaman dengan Hardy Heron yang -- rasanya -- lebih stabil untuk development.

Bagi yang sudah menerima namun dalam jumlah sedikit, sedangkan jumlah peminat cukup banyak, apalagi bandwidth mahal tak mampu download file iso, tak perlu khawatir untuk berbagi merasakan manisnya Ubuntu bersama orang-orang terdekat, tetangga kiri kanan, atau bahkan mau dijual pun boleh-boleh saja asal ada yang mau beli. Gunakan disk-dump untuk meng-iso-kan CD dengan perintah:
$ sudo dd if=/dev/cdrom of=/home/path/anda/cdimage.iso

Semoga bermanfaat.

Jumat, Mei 01, 2009

Facebook Desktop for AIR: Boros Memori dan Bikin Cepat Panas?


Sudah beberapa kali kejadian laptop tiba-tiba mati shutdown sendiri tanpa ada pemberitahuan, atau minimal notifikasi lebih dulu dari sistem memberitahukan bahwa sistem operasi akan shutdown 5 menit lagi. Dengan begitu saya bisa siap-siap mematikan sendiri secara prosedur, tapi anehnya notifikasi itu tidak ada. Selidik punya selidik, dari informasi sistem saat proses shutdown memberitahukan CPU kepanasan, nah loh!

Memang, dari letak laptop di atas meja, di sudut ruangan yang sirkulasi udaranya kurang tepat, ditambah lapisan meja beralaskan kertas koran menjadi kurang baik untuk pendingin dan sirkulasi udara di bawah laptop, plus hawa udara yang juga panas. Selain itu, proses sistem bekerja ternyata juga mempengaruhi, misalnya, saya coba bandingkan dua aktivitas yang berbeda. Pertama, mengetik saja menggunakan OpenOffice, hasilnya tidak atau jarang menyebabkan laptop tiba-tiba mati. Kedua, berinternet menggunakan Firefox dan Facebook Desktop for AIR. Yang terakhir ini yang paling dominan bikin panas dan shutdown mendadak. Dari System Monitor terlihat, woo... pantas saja... nomor satu penggunaan memori paling tinggi adalah Facebook Desktop for AIR, CPU usage malah 30% lebih dan makin lama makin naik! Herannya, mau di-uninstall kok sayang... hehehe...

Source Donwload: Facebook Desktop for AIR, Adobe AIR

Selasa, April 21, 2009

Studi: Facebook Mempengaruhi Prestasi Belajar dan Kekanak-kanakan

Pertengahan bulan ini, kandidat doktor dari Ohio State University, Aryn Karpinski, bersama co-authornya, Adam Duberstein dari Ohio Dominican University merilis hasil survei barunya yang menunjukkan, bahwa mahasiswa yang sering menggunakan online-social-network memiliki indeks prestasi belajar lebih rendah daripada mahasiswa yang tidak menggunakan online-social-network.

Survei dilakukan pada 219 mahasiswa dan lulusan yang secara signifikan memiliki perbedaan hasil belajarnya, antara pengguna Facebook vs non-pengguna. Meski demikian, 79% pengguna Facebook tidak percaya aktivitasnya mempengaruhi hasil belajarnya yang rendah. Karpinski sendiri mengatakan tidak kaget dengan ketidakpercayaan Facebookers ini, tetapi ia juga memberikan klarifikasi bahwa survei ini tidak menunjukkan secara langsung hubungan Facebook dengan rendahnya prestasi belajar penggunanya. Hanya saja ia mengatakan ada dua faktor yang berhubungan dengan menurunnya prestasi belajar, “Mungkin para pengguna Facebook itu hanya sekedar mencari selingan saja, mungkin juga sekedar menunda-nunda pekerjaan yang menjadi prioritasnya.” Tapi malah keterusan dan lupa waktu, iya kan?

Sementara itu di bulan Februari, studi yang sama juga dilakukan oleh Susan Greenfield, seorang neurosains dari Oxford University, menyebutkan bahwa social-network seperti Facebook dan Bebo mudah membuat penggunanya kekanak-kanakan hingga berperilaku seperti anak kecil. Gary Small, neurosains dari UCLA malah memberikan peringatan tentang menurunnya kemampuan para pengguna social-netkwork dan teknologi modern terhadap perhatiannya pada ekspresi dan isyarat emosional seseorang secara sosial di kehidupan nyata, akibat kurangnya bertatap muka atau bersosialisasi secara langsung, nah loh!

Yogyakarta, 21 April 2009.

Sumber: Time

Minggu, April 19, 2009

Kliping: Imajinasi


Tampaknya untuk menjadi seorang perencana, peneliti, perancang, programer, atau ingin menjadi calon anggota legislatif sekalipun, memiliki imajinasi itu perlu. Albert Einstein mengatakan "Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited to all we now know and understand, while imagination embraces the entire world, and all there ever will be to know and understand." Nah, untuk mengerti kata-kata Einstein itu agak repot bila didefinisikan sendiri, barangkali kliping ini sedikit menjelaskannya.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, April 18, 2009

Kuliner: Kepiting Saos Tambora


Kepiting Saos Tambora
Originally uploaded by suburanugerah

Begitu mendengar kepiting saos, bayangan saya langsung tertuju pada cangkang merah kepiting dengan bumbu pedas di atas piring lonjong dan aromanya yang hmm... maknyus. Rasanya akan semakin sip markosip bila disantap bareng keluarga atau orang-orang terdekat, harga yang tinggi untuk ukuran saya sekali-kali akan terasa membuat tersenyum. :-)

Bila penasaran, sebenarnya bisa membuat sendiri di dapur dengan jumlah yang lebih banyak lagi dan harga lebih murah. Mau?

Senin, Maret 30, 2009

Gara-gara PR, Anak Emoh Ngomong

Membaca artikel di Kompas ini mengingatkan saya selama jauh dari anak-anak. Pasalnya, selama jauh dari anak, saya sisihkan waktu khusus untuk berkomunikasi melalui telepon. Syukurlah, jaman sekarang biaya telekomunikasi sangat terjangkau, dengan bekal 10 ribu untuk membeli voucher, sudah bisa menggunakan waktu 1 jam per hari selama lebih kurang 8 hari. Telekomunikasi lebih banyak menggunakan voice via telepon berbasis CDMA, dengan perangkat genggam murah tapi cukup stabil untuk berkomunikasi jarak jauh. Selain voice, saya juga menggunakan sms tetapi intensitasnya sangat kecil. Sedangkan komunikasi berbasis Internet, seperti VoIP, email, messenger, atau social networking ala Facebook belum tersentuh sama sekali. Justru untuk pengiriman paket masih menggunakan cara konvensional, ya iyalaah... masak paketnya di-attach via email. :P

Hmm... kok melebar bahasannya ya, ok, kembali ke komunikasi dengan anak-anak, ya... namanya anak-anak, masih sibuk dengan dunianya sendiri. Kadang saat berkomunikasi, si anak tengah sibuk mengerjakan PR (pekerjaan rumah) dari ibu gurunya, entah itu PR sekolah, mengaji, atau PR biasa kerjaannya sendiri. Kalau sudah begitu, si sulung tak mau diganggu gugat, biarpun ibunya merayu ayahnya kangen pingin ngomong, teteup saja si sulung emoh. Tapi, ada tapinya, kalau si anak ini sedang mood pingin ngomong, ya... ngebel saja krang-kring-krang-kring... ;-)

PR ideal, saya quote dengan artikel Kompas tersebut:
Berapa sesungguhnya, banyak atau jumlah PR ideal yang diberikan kepada anak di sekolah? Sekalipun ini sebuah pertanyaan yang penting, tetapi yang lebih esensial bagi guru di sekolah sebenarnya adalah, berapa pun banyak atau jumlah PR yang diberikan guru kepada siswa tidak akan memiliki makna yang besar ketika tidak disertai dengan umpan balik yang sesuai.

Guru yang tidak jeli menakar hal ini akan menjadikan bumerang bagi guru, antara lain anak justru semakin tidak termotivasi dan mencintai belajar.

Begitulah, semoga bermanfaat.

Jumat, Maret 27, 2009

Mengelola Email Komunikasi Bisnis

Suatu hari sembari membaca koran ketika menunggu pesanan ayam goreng, ikan bawal dan ikan nila goreng di warung langganan, tiba-tiba perhatian saya tertuju pada iklan bisnis tentang Email Communication Management. Saya jadi teringat beberapa hal tentang email, pesan singkat hingga status Facebook dari beberapa kolega, yang saklek dengan aturan penulisan. Sebagai misal kesalahan ketik, seperti kurang satu atau lebih huruf pada sebuah kata, penggunaan huruf kecil dan besar, susunan kata dan kalimat, paragraf, tanda petik, koma hingga titik. Ia akan sangat terganggu profesionalismenya apabila tulisannya dibiarkan salah ketik. Dan konon, orang yang memiliki kemampuan menyampaikan pesan melaui tulisan, belum tentu memiliki kemampuan verbal yang tinggi juga. Meskipun ada, tapi para versaitilis, yaitu orang yang memiliki kemampuan komunikasi verbal dan tulis, sedikit jumlahnya.

Baiklah, kembali pada iklan bisnis Email Communication di atas, saya tertarik pada trik dan rahasia, begitu yang disebut di iklan, dari sisi pengelolaannya. Tentu saja, saya tidak mengutip mentah-mentah trik dan rahasia yang disebutkan di iklan, yang menyebutkan penggunaan perangkat lunak berbasis proprietary dan berharga mahal, apalagi ternyata untuk mendapatkan trik dan rahasia tersebut tidaklah murah. Saat ini pun, bila mau mencarinya telah tersedia banyak resource maupun perangkat lunak bebas yang bisa digunakan secara mudah dan gratis untuk keperluan bisnis, baik untuk bisnis skala kecil menengah, hingga menengah ke atas. Nah, tak usah banyak cincong, beberapa point penting dalam trik dan tips pengelolaan Email Communication tersebut antara lain:
  • Maksimalkan fungsi dan setting email client untuk mendukung komunikasi bisnis, sebaiknya dipertimbangkan pula perlu tidaknya menggunakan email client, atau cukup memilih email berbasis web yang lebih fleksibel.

  • Sinkronkan email pribadi dengan email pekerjaan/kantor, baik menggunakan laptop maupun handled device.

  • Memelajari cara menulis dan berbahasa dalam beremail sesuai dengan etika bisnis.

  • Memelajari cara membuat database email mitra kerja, relasi bisnis, hingga orang terdekat.

  • Memelajari cara membuat email merge, yaitu mengambil beberapa data dari database email untuk pengiriman dalam jumlah banyak dalam satu kali klik.

  • Memelajari cara membuat dan mengelola grup internal maupun eksternal untuk mendukung komunikasi searah maupun diskusi dua arah dalam proses bisnis.

Point-point di atas tidak dibahas secara detail di sini, tapi jangan kawatir, Internet menyimpan informasi yang tak kalah luasnya, so sorry banget, tips ini bukan untuk email marketing buat nyepam. :-)

Semoga bermanfaat..

Selasa, Maret 17, 2009

Cerita tentang Maknyus

Kadang saya memperhatikan acara tv Wisata Kulinernya pak Bondan, mengapa sering kali pak Bondan memuji makanan yang disantapnya, maknyus? Kadang bertanya-tanya mengapa tak pernah ada ungkapan “Ini gak enak!” atau malah dimuntahkan?

Dalam etika Islam, Rasululloh memberikan contoh ketika berada pada jamuan makan untuk mengambil hidangan makanan yang paling dekat di sisinya, dan tidak berdiri 'nggayuk' makanan yang paling menggoda sekalipun yang berada nun jauh di ujung meja. Rasululloh juga memberikan contoh hanya memakan makanan yang halal, diketahui keberadaannya, menggunakan tangan kanan dengan 3 jarinya untuk mengambil makanan secukupnya masuk ke dalam mulut, menikmatinya perlahan dan tidak tergesa-gesa seperti mulut penuh, dan tentu saja menyantap makanan yang disukai. Itulah mengapa Rasululloh adalah manusia seperti kita manusia biasa, kadang suka, kadang ada yang tak suka. Untuk makanan yang tak disukai, Rasululloh hanya diam tidak memakannya, tidak pula sekalipun mencelanya, apalagi malah membahasnya yang tidak-tidak. ;-)

Baik sebelum dan sesudah menyantap makanan, Rasululloh selalu menyebut dan memuji kepada Alloh yang Maha Memberi atas nikmat yang disantapnya. Mengapa hal itu dilakukan Rasululloh? Karena Rasululloh sendiri pernah berkata bahwa bila seseorang menyebut asma Alloh ketika akan makan, maka setan dan temannya tidak akan ikut makan bersamanya. Setan, dimanapun selalu hadir di sisi seseorang untuk bersiap mengekploitasinya, setan tak berhenti mencari dimanapun titik kelemahan seseorang, hingga makanan yang hendak dimakan saat itu terjatuh dan kotor, setan pun berada di sana, menggoda agar makanan itu tidak dimakan dan terbuang! Sebaiknya bila memungkinkan, bersihkan bagian makanan yang kotor, lalu makanlah hingga bersih. Bersih? Ya bersih, itulah mengapa selesai makan nasi di piring pun sebaiknya hingga bersih tak tertinggal nasi sebijipun, bila perlu dijari-jari yang masih tersisa makanan pun bersih termakan, karena seseorang tidak tahu, pada bagian mana makanan yang dimakan ada berkahNya. Begitu pula ketika selesai menyantap makanan, Rasululloh juga pernah berkata bahwasannya Alloh niscaya meridhoi hambaNya yang makan makanan lalu memujiNya atas makanan yang dimakannya, atau minum lalu memujiNya atas minuman yang diminumnya, alhamdulillah... ;-)

Satu yang membuat saya terbahak bila teringat cerita Rasululloh menyantap makanan adalah beliau bukanlah orang yang rewel, bahkan membuat orang yang tadinya tidak suka makanan itu, akhirnya jadi ketagihan! Ada satu cerita, suatu ketika Rasululloh mengajak salah satu sahabatnya untuk makan bareng di rumahnya. Saat itu, pelayan menghidangkan beberapa potong roti saja tanpa lauk atau bumbu dan hanya ditemukan cuka. Maka apa kata beliau? Cuka adalah bumbu yang paling enak! ... maknyus! :-D

* Cerita sederhana di lingkungan terdekat, dipadusarikan dari HR Muslim Kitabul Ath'imah, ditulis ringan dengan harapan mudah dibaca, syukur-syukur akhirnya bermanfaat. Yogyakarta, 16 Maret 2009.

Selasa, Februari 03, 2009

Facebook: Merampas atau Dirampas?

Facebook, siapa yang belum punya?
Saat saya tulis ini, saya belum genap 1 bulan memiliki akun Facebook, dan mungkin bisa dikatakan saya termasuk pemula dalam dunia Facebook. Sebelumnya, saya memiliki beberapa akun situs pertemanan, tetapi jarang saya gunakan dan lebih aktif sebagai penggembira saja. Sungguh, saya mohon maaf pada Anda yang pernah mengirimkan ajakan untuk bergabung bertemanan di situs pertemanan, baik Facebook atau lainnya. Kendati pun saya tahu, sejak awal Barack Obama menggunakan Facebook sebagai senjata untuk duduk di kursi kepresidenan dan sukses, saya pun tetap tidak terpengaruh ikut-ikutan Obama. ;-)

Menjelang akhir tahun lalu, saya merasa heran dengan beberapa milis yang saya ikuti, mulai melambat dan sepi, sesekali terlihat postingan, namun sepertinya anggota baru dan pemula yang sekedar bertanya, kalaupun ada, topiknya seputar Facebook. Beberapa aggregator dan blog yang saya langgan, pun sepertinya mulai sepi dari posting artikel dan lebih sedikit dari biasanya. Kecurigaan semakin besar, manakala beberapa teman tampak asyik bermain Facebook dibanding sebelumnya yang lebih asyik bermilis dan chatting. Tak heran, bila moderator dari group milis yang saya ikuti, ternyata juga terang-terangan mengajak member milis untuk bergabung dalam group yang sama dalam Facebook. Inilah saatnya berpindah ke Facebook. Mulai saat itulah, saya coba sign-up Facebook, dan merasakan, bahwa Facebook sepertinya telah berhasil merampas perhatian dunia agar hanya memperhatikan saya. ;-)

Satu dua hari saya ikuti pelan-pelan, terkagum-kagum, dan akhirnya secara intens saya mengikuti aktivitas jaringan pertemanan ini nyaris tanpa henti, dari mulai bangun pagi hingga menjelang dini hari. Sesekali mengomentari status seseorang yang menurut saya menarik untuk dikomentari. Bukan hanya itu, saya merasa tidak canggung sekedar 'say hello' atau ikut memberikan komentar iseng untuk menjalin keakraban, bisa dikatakan 'sok akrab' atau 'sok gaul' untuk merebut perhatiannya. Dari itu pula, akhirnya saya menemukan kembali teman-teman lama dan mendapatkan teman-teman baru, sekaligus mengetahui aktivitas-aktivitasnya secara terbatas.

Facebooking -- begitu orang bilang -- ini saya lakukan lebih banyak menggunakan perangkat mini telepon genggam, daripada menggunakan perangkat komputer besar. Dengan begitu, kemudahan mengakses dimana saja berada, kapan saja, dan bagaimanapun juga keadaannya, supaya tetap selalu mengakses Facebook, maka telepon genggam ini selalu melilit digenggaman, sampai tombolnya lecek dan kusut. Senyum sendiri, tertawa sendiri, manyun sendiri, dan lebih banyak menikmati kesendirian, menjadi bagian dari hari-hari Facebooking, dan saya merasakan, bahwa Facebook sepertinya telah berhasil merampas saya agar hanya memperhatikan dunia. ;-)

Kamis, Januari 15, 2009

Soto Madura


Jogjakarta memang surganya makanan enak dan murah, apalagi dengan harga kantong mahasiswa. Berdasarkan penerawangan saya di seputaran Pogung, ketika makan bareng di suatu warung makan, harga kantong mahasiswa itu tak lebih dari 5.000 rupiah, bahkan kurang dari itu. Nggak heran, dengan harga segitu, kalau mau makan soto pun bisa saja, meski soto -- yang sering saya nikmati juga -- ini hanyalah soto-sotoan, semangkuk kuah dan nasi yang sangat hemat daging, sekedar untuk ganjal perut.. ;-)

Nah, di awal tahun 2009 ini, makanan pertama yang saya santap di Jogja adalah soto madura ini. Jelas, ini baru benar-benar soto, lokasinya di jalan raya Solo selatan bandara Adi Sucipto. Kalau dari arah Solo, lokasi warung persis menjelang pertigaan lampu merah menuju bandara. Kondisinya sangat sederhana, dinding kayu, dari jalan raya kalau tidak diperhatikan betul-betul sering diabaikan orang begitu saja. Tapi jangan dikira, pertama kali saya tahu warung ini dari bau soto yang... hmm... bikin perut keroncongan. Nggak salah memang, seminggu kemudian saya datang lagi, ternyata banyak juga pengunjungnya, biasanya pasangan usia baya dan bermobil, sepertinya bukan dari kalangan mahasiswa.

Lalu, berapa harga seporsi itu? Hanya Rp 7.500 sudah penuh daging sapi, di dalamnya tambah telor rebus Rp 1.500, dan minum jeruk anget Rp 1.500. Jadi habis Rp 10.500 saja. Rasanya? Mantab, cocok banget dengan lidah.