Minggu, Oktober 23, 2011

Kapan Waterfall Model Digunakan?

Dalam Systems Development Life Cycle (SDLC), sebuah metodologi pengembangan sistem pada rekayasa perangkat lunak mengacu pada kerangka yang digunakan untuk men-struktur, merencanakan, dan mengontrol proses pengembangan sebuah sistem informasi. Berbagai macam kerangka telah berevolusi selama bertahun-tahun, masing-masing diakui memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri. Penerapan salah satu metodologi pengembangan sistem belum tentu cocok untuk semua proyek pengembangan sistem informasi. Setiap metodologi yang tersedia setidaknya cocok untuk jenis proyek tertentu berdasarkan alasan teknis, organisasi proyek, dan pertimbangan tim developer.

Salah satu model tradisional dan mudah yang tahapannya mengalir satu arah seperti air terjun adalah Waterfall Model atau Linear Sequential Model. Pertanyaannya, kapan sebaiknya model tersebut digunakan?

Teori-teori lama menyimpulkan ada beberapa hal, yaitu:
  1. Ketika semua persyaratan sudah dipahami dengan baik di awal pengembangan.
  2. Definisi produk stabil dan tidak ada perubahan saat pengembangan untuk alasan apapun seperti perubahan eksternal, perubahan tujuan, perubahan anggaran atau perubahan teknologi. Untuk itu, teknologi yang digunakan pun harus sudah dipahami dengan baik.
  3. Menghasilkan produk baru, atau versi baru dari produk yang sudah ada. Sebenarnya, jika menghasilkan versi baru maka sudah masuk incremental development, yang setiap tahapnya sama dengan Waterfall kemudian diulang-ulang.
  4. Porting produk yang sudah ada ke dalam platform baru.

Dengan demikian, Waterfall dianggap pendekatan yang lebih cocok digunakan untuk proyek pembuatan sistem baru. Tetapi salah satu kelemahan paling dasar adalah menyamakan pengembangan perangkat keras dengan perangkat lunak dengan meniadakan perubahan saat pengembangan. Padahal, galat diketahui saat perangkat lunak dijalankan, dan perubahan-perubahan akan sering terjadi.

Oleh karena terlalu sederhana, Waterfall kemudian mengalami modifikasi untuk meminimalisir beberapa kelemahan dan meningkatkan banyak keuntungan. Di antaranya adalah V-Model dan di tahun 2006 muncul Dual Vee Model dari Kevin Forsberg dan Harold Mooz.

Penutup

Beberapa sumber membuat kesimpulan bahwa tidak ada satupun model yang cocok untuk proyek pembuatan software. Ini bukan berarti model-model tersebut salah, tetapi penggunaan lebih dari satu model sebagai sebuah metodologi sangat dimungkinkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Referensi

[1] Software Development Process
[2] Software Development Life Cycle (SDLC)
[3] List of software development philosophies
[4] Rapid application development

Tidak ada komentar:

Posting Komentar