Pertengahan bulan ini, kandidat doktor dari Ohio State University, Aryn Karpinski, bersama co-authornya, Adam Duberstein dari Ohio Dominican University merilis hasil survei barunya yang menunjukkan, bahwa mahasiswa yang sering menggunakan online-social-network memiliki indeks prestasi belajar lebih rendah daripada mahasiswa yang tidak menggunakan online-social-network.
Survei dilakukan pada 219 mahasiswa dan lulusan yang secara signifikan memiliki perbedaan hasil belajarnya, antara pengguna Facebook vs non-pengguna. Meski demikian, 79% pengguna Facebook tidak percaya aktivitasnya mempengaruhi hasil belajarnya yang rendah. Karpinski sendiri mengatakan tidak kaget dengan ketidakpercayaan Facebookers ini, tetapi ia juga memberikan klarifikasi bahwa survei ini tidak menunjukkan secara langsung hubungan Facebook dengan rendahnya prestasi belajar penggunanya. Hanya saja ia mengatakan ada dua faktor yang berhubungan dengan menurunnya prestasi belajar, “Mungkin para pengguna Facebook itu hanya sekedar mencari selingan saja, mungkin juga sekedar menunda-nunda pekerjaan yang menjadi prioritasnya.” Tapi malah keterusan dan lupa waktu, iya kan?
Sementara itu di bulan Februari, studi yang sama juga dilakukan oleh Susan Greenfield, seorang neurosains dari Oxford University, menyebutkan bahwa social-network seperti Facebook dan Bebo mudah membuat penggunanya kekanak-kanakan hingga berperilaku seperti anak kecil. Gary Small, neurosains dari UCLA malah memberikan peringatan tentang menurunnya kemampuan para pengguna social-netkwork dan teknologi modern terhadap perhatiannya pada ekspresi dan isyarat emosional seseorang secara sosial di kehidupan nyata, akibat kurangnya bertatap muka atau bersosialisasi secara langsung, nah loh!
Yogyakarta, 21 April 2009.
Sumber: Time
Hahhaa.. gak tau yaa mas... tapi saya hobby main sosial network tapi nilai saya baik-baik aja.. hehehe.. tapi kalo berinteraksi saya memang ada masalah... huhuhu
BalasHapushehehe... bukan gak tau begitu... maksud survei atau studi itu tujuannya untuk membuktikan secara ilmiah saja, walaupun kita biasanya berpikir realistis tak perlu dibuktikan toh sudah begitu adanya, iya gak? jarang ada orang Indonesia meneliti dan dipublikasi seperti ini... :-)
BalasHapussaya sendiri mungkin masuk dalam golongan 79% itu, sebab menurut aku, Facebook dan teknologi modern lainnya itu hanya jadi "kambing hitam" saja, sama dengan obyek lainnya yang juga sering dijadikan gara-gara, padahal masalah utama sih terletak pada penggunanya yang gagap dengan teknologi baru dan kurang bisa mengelola dirinya. saya setuju dengan pendapat Karpinski di atas, bisa jadi pengguna social-network ini menjadi begitu karena prone-to-distraction dan procrastinators saja. :-)
CMIIW
artikelnya menarik pak, jadi mikir2 nih..
BalasHapusapakah nilai kuliah saya yang pas-pasan saat ini juga akibat facebook?
pinginnya sih jawabnya iya saja ya supaya ada yg bisa dijadikan wedhus ireng...hehe..
padahal kalo saya gak pakai facebook belum tentu juga nilai saya terus jadi tinggi..:)
hehehe... pak setyo bisa saja... iya ya... akhir-akhir ini banyak wedhus ireng lewat, ada apa ya... padahal hari ini kan hari jumat, lho kok? apa hubungannya...? hehehe...
BalasHapusHmmm... nice article.
BalasHapusklo boleh minta izin re-post di blog saya pak?
nemu tulisan tahun 2009 jadi keinget masa lalu saat main fb pertama , sekarang dah gak punya fb . terima kasih postnya
BalasHapus