Sudah jadi kebiasaan ajang sepak bola piala dunia pasar-pasar taruhan dadakan bermunculan, mulai yang kelas ecek-ecek hingga miliaran, apalagi Piala Dunia 2006 saat ini. Pelaku pasar biasanya adalah orang-orang dewasa dan berduit. Meski nggak usah dicari tahu keberadaannya, toh jika benar-benar ditelusuri bisa dipastikan ada saja pasar itu. Tapi syukurlah, walaupun saya tinggal di “Las Vegas”nya Balikpapan, saya belum menemui pasar-pasar dadakan ini.
Di hari libur bila tidak ada aktifitas, saya usahakan mengajak jalan-jalan anak istri putar-putar kota berkendaraan. Minggu kemarin nampaknya lain dari hari biasanya, maklumlah, sepertinya suasana kota agak lenggang, mungkin pengaruh semalaman nonton Jerman vs Swedia diteruskan Argentina vs Meksiko, kebetulan minggu libur biasanya dipake’ molor sekalian.
Nah, di saat saya tidak berminat mencari tahu ada tidaknya pasar taruhan piala dunia, akhirnya saya menemui juga ajang taruhan tanpa dapat saya mengerti mengapa saya berada disana. Bedanya, pasar taruhan ini tak mengenal piala dunia, pelakunya mulai dari anak-anak usia taman kanak-kanak hingga ibu-ibu dan bapak-bapak, ramai banget.
Mau tahu dimana?
Di Timezone.
Di kota ini, zona bermain anak-anak selain Timezone adalah Amazone. Keduanya menurut saya hanyalah perusahaan yang menjual jasa berupa sewa mesin-mesin permainan anak-anak. Sebagai misal, untuk dapat menggunakan mesin mobil-mobilan seorang anak harus menggesek voucher atau card magnetic dengan pulsa isi ulang yang telah dibelinya terlebih dahulu dengan harga tertentu. Apabila mobil-mobilan si anak ini telah berhenti, mesin akan memberikan 3 lembar tiket sebagai tanda telah menggunakannya. Pada akhirnya, setiap selesai menggunakan atau menyewa mesin permainan yang lain pun mesin akan memberikan tiket yang apabila dikumpulkan dalam jumlah tertentu dapat ditukarkan dengan souvenir. Semakin banyak tiket yang terkumpul, maka semakin besar atau bisa dikatakan semakin mahal souvenir yang diterimanya.
Yang membuat berbeda dari mesin-mesin permainan ini adalah adanya mesin yang mirip bahkan berfungsi sama dengan taruhan atau judi. Kalo’ jaman saya kecil dulu sewaktu masih SD dan didepan sekolah ada Lêk- Lêk (Pak Lêk, sebutan anak kecil memanggil paman logat Jawa Timuran), mesin ini biasanya disebut kolas. Kolas identik dengan permainan ala Las Vegas, seperti memutar bola pada roda putar dengan jarum penunjuk atau mengambil kelereng warna tertentu dalam karung kecil, jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang jauh dari harga sebenarnya yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika apes ya nggak dapat apa-apa. Nah, apabila emosi terpancing, tak puas dan rasa penasaran yang memuncak, maka mesin ini akan menghisap dalam-dalam kantong belanja hingga benar-benar kering.
Sepanjang pengamatan saya (wekss ... jadi pengamat neh!), permainan yang mengarah kolas di Timezone adalah seperti SpinBall, Stacker, Elfin Cup atau The Big One dan masih banyak lagi yang belum sempat teramati. Intinya, permainan-permainan tersebut mengadu keberuntungan. Saya berharap, zona-zona ini bukan menjadi zona ajang latihan adu untung atau adu nasib yang diberikan untuk anak-anak sebagai dalih hiburan. Susahnya, kadang justru orang tualah yang mengajarinya, ada seorang ibu berjilbab tersenyum senang menggesek berkali-kali mesin mirip SpinBall agar anaknya memasukkan bola dalam lubang yang memiliki point besar, untungnya si anak “beruntung”. Juga seorang bapak yang saya perkirakan habis ratusan ribu bermain The Big One tapi tak pernah mendapatkan boneka untuk anaknya, kasihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar