Jumat, Mei 04, 2007

Tumben, ada Pelampung Keselamatan di Kapal Penyeberangan



Minggu lalu, saya melakukan perjalanan dari Balikpapan ke Banjarmasin melalui darat dengan menggunakan bis antar propinsi. Untuk dapat sampai di Banjarmasin sepertinya harus selalu melewati berbagai rintangan. Rintangan pertama yang harus dilalui adalah menyeberangi teluk Balikpapan menuju kabupaten Penajam Pasir Utara, yang cukup jauh apabila harus memutar melewati darat. Bila dipaksakan memutar lewat jalur darat, salah-salah jalan daratnya tidak tersedia, akibatnya bisa jadi malah tambah jauh saja.

Lewat waktu maghrib, saya sudah berada di kapal dan sambil menunggu giliran sholat maghrib, saya duduk dan ngobrol bareng teman-teman yang ikut bersama dalam satu tujuan. Tiba-tiba perhatian tertuju di depan deretan tempat duduk, betapa tidak, seorang pria beraksi layaknya pramugari yang memeragakan cara-cara mengenakan pelampung penyelamat. Bedanya, bila yang di pesawat diperagakan oleh beberapa wanita cantik dan seksi, sedang di kapal penyeberangan ini yang memeragakan hanya seorang pria paruh baya, nggak seksi lagi. Pria ini begitu lancar menjelaskan cara pelampung penyelamat itu bekerja, cara menyalakan lampu, cara meniup peluit, hingga cara kondisi badan dan tangan bila ikut tenggelam bersama pusaran kapal. Tak ketinggalan pula, untuk yang belum pernah mencoba pelampung penyelamat, ditawarkan untuk dicoba saat itu juga tanpa perlu malu-malu. Karena saya termasuk wong ndeso, saya pun mencobanya. Setelah merasakan dan melihat-lihat, baru tahu bedanya. Bedanya dengan yang di pesawat, pelampung ini tanpa perlu ditiup, karena sudah berisi busa ringan. Harga sepertinya lebih murah dan pemakaiannya pun lebih simpel.

Setelah clingak-clinguk kebelakang, ternyata yang ndeso cuma saya ... hehehe ... dari semua penumpang yang ada, hanya saya yang mencobanya. Tapi nggak apa, disinilah kelebihannya dibanding bila pramugari yang memeragakan, karena sepanjang sepengetahuan saya, tak pernah terlihat seorang penumpang pun yang mencobanya. Atau bila penumpang memerhatikan, paling yang diperhatikan adalah kemolekan tubuh pramugari itu, atau kecantikannya, atau bibirnya, atau rambutnya ... banyak dech yang diperhatikan.

Pada peragaan terakhir, pria itu menunjukkan letak pelampung penyelamat itu disimpan dalam satu kotak lemari, dengan jumlah 100 buah untuk dewasa, dan 15 buah untuk anak-anak. Jumlah tersebut sepertinya kurang bila dibandingkan dengan jumlah penumpang yang ada saat itu. Menurut saya, idealnya tiap-tiap kapal penyeberangan menyediakan 400 - 500 buah pelampung penyelamat layak pakai tiap kali beroperasi..

Kembali ke pria langka itu, anehnya, setelah selesai memeragakan pelampung penyelamat, pria itu melanjutkannya dengan pisau kupas sambil memeragakan cara mengupas singkong, timun, dan cara membuat keripik singkong, lho kok? Ternyata ... menyelam sambil minum air ya, kreatif, ok dech ... saya beli pisau kupasnya 1 biji, seep! Sayang, orang kreatif seperti ini memang sangat langka. Saya nggak tahu, apakah di kapal-kapal penyeberangan yang lain di seluruh Indonesia juga diperagakan cara-cara menyelamatkan diri, mengantisipasi bila terjadi kecelakaan kapal tenggelam? Bila di pesawat terbang dilakukan, kenapa tidak di kapal laut?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar