Akibat kesel banget lampu mati, saya mencari sebab mengapa Balikpapan hingga sekarang masih byar-pet, padahal hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 111. Akhirnya surfing saja, dan saya penasaran membaca berita Tribun Kaltim ini, terutama kalimat berikut pada alinea terakhir:
Menurut Imdaad, Balikpapan tidak bisa seperti Tarakan yang menerapkan tarif dasar listrik regional.
Mengapa tidak bisa? Ternyata jawabannya sudah lama dan saya tidak tahu, berikut saya kutip dari sumbernya, Sinar Harapan:
Direktur PT PLN (Persero) Eddie Widiono mengakui ada masalah di hulu, yaitu pasokan gas untuk pembangkit listrik di Balikpapan. Padahal kota ini kaya sumber gas, sampai-sampai akan dibangun jalur pipa gas ke Jawa Tengah. Eddie mengingatkan harga gas mengikuti harga minyak (parity to oil), sehingga ketersediaan energi primer yang murah untuk pembangkit listrik menjadi isu yang perlu diwaspadai, terutama ketika daerah ini akan menerapkan Tarif Dasar Listrik (TDL) Regional. Apalagi Balikpapan tersambung dalam sistem jaringan Mahakam-Balikpapan-Tenggarong. Ini makin tidak memudahkan niatan kota lumbung energi ini menerapkan TDL Regional.
Selain itu, kalaupun TDL Regional berlaku di Balikpapan, bagaimana dengan nasib warga yang kadang sudah di-subsidi saja sering nunggak? Yang perlu diingat, sumber energi minyak dan gas bumi kini mulai mengkeret, mampet. Nampaknya, Tarakan hanya mengulur waktu saja, untuk saat ini TDL Regional dirasa cukup membantu, setidaknya bisa mengatasi byar-pet dalam jangka waktu tertentu. Kata orang sih, lari jarak jauh dengan lari jarak pendek, masalahnya hanya cara mengatur napas dan tenaga, ngos-ngosan. Au ah gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar