Rabu, November 01, 2006

Kesadaran

Dalam suatu milis, selepas lebaran kemarin seseorang amat kesal dengan peristiwa yang hampir tiap tahun dia temui sehabis sholat ied, sampah. Ya, sampah koran bekas yang ditinggalkan para jamaah yang nggak bawa (nggak punya?) sajadah atau bawa tapi dipake untuk alas atasnya saja, lalu selepas sholat koran itu ditinggalkan begitu saja, toh nanti kan jadi rejekinya pemulung, sepertinya sudah ikut membantu pemulung. Ah, masak iya sich?

Mari kita tengok pengalaman saya, setelah sholat jumatan kemarin, saya agak kaget di suatu sekolahan yang memiliki halaman yang luas, dan seingat saya di situ digunakan untuk sholat ied pada hari selasa, tapi ... sama aja tuh, sampah koran masih pada berhamburan hingga hari jumat? Lalu pemulung, pasukan kuning, pada kemana semua ... ? mereka juga manusia kan?

Menurut saya, sebenarnya mudah untuk mengatasi hal ini apabila masing-masing pribadi memiliki kesadaran yang sama akan pentingnya kehidupan yang nyaman. Tapi, kesadaran saja rasanya tidaklah cukup. Cobalah tanya para perokok, mereka pasti tahu bahwa rokok sangat buruk bagi kesehatan, mereka sadar itu, tapi aneh kalo' masih tetap merokok. Cobalah tanya bagi yang suka makan pedas, sambal itu pasti pedas dan mereka sadar itu, dan anehkan kalo' malah tambah suka pedas?

Dalam kasus sampah lebaran diatas, menumbuhkan kesadaran diantara para jamaah bisa melalui panitia yang mengadakan, tak perlu banyak orang, cukup salah satu panitia minimal sadar, setelah bubaran sholat segera mengambil mike dan action “Kepada para jamaah yang membawa koran bekas, diminta kesadarannya memungut kembali koran tersebut, agar lapangan/jalan raya ini bisa segera dimanfaatkan kembali untuk ... bla ... bla ... “
Hasilnya, kadang saya pernah menemui masih ada sisa beberapa koran yang ditinggalkan orang (ndableg), mudah saja, panitia pasti telah mempersiapkan sapu jagad.
Jadi, kalaulah masih ada disuatu tempat itu sampah koran menggunung, bahkan 3-7 hari setelah lebaran masih ada, mudah saja, panitianya itu kebangeten, orang sebegitu banyaknya itu nggak ada satupun yang sadar he ... he ...

Kesadaran, memanglah sulit
Kesadaran saya sebagai karyawan misalnya, datang lebih pagi adalah sulit bagi saya, walaupun saya sadar, apabila saya datang terlambat pasti ada beberapa resiko yang saya kenai, kena marah bos, diperlambat kenaikan gaji/pangkat, dipotong gaji, atau bahkan bisa dikeluarkan, sehingga jadi pengangguran, anak istri kelimpungan, mertua ngomel-ngomel, dah bikin pusing.
Walapun demikian, kadang saya merasakan aneh pada seseorang yang mencoba mengakali presensi dan itu dianggap biasa, padahal saya yakin, mereka sadar apa yang dilakukannya dapat menambah image-nya, baik atau buruk?

Kesadaran, memanglah sulit
Kesadaran saya sebagai pendidik adalah mendidik, melakukan penelitian, dan mengabdikan ilmu yang telah diperoleh pada masyarakat.
Terkadang, sebagai pendidik lupa akan pesan moral yang diemban, sadar bahwa membajak adalah melanggar hak cipta, sadar bahwa masih ada free-software yang bebas diperoleh, namun masih sadar juga menggunakan software bajakan, mungkin Anda juga?

Nah, mulai sekarang mari kita sama-sama sadar dan segera bertindak lebih baik, sebagai wujud konkrit puasa ramadhan yang baru saja tak jauh berlalu.

3 komentar:

  1. Waaah ... terima kasih atas kunjungannya Mas :)

    BalasHapus
  2. This theme for me is also very relevant and interesting to me. Glad that read your article. I fully support your point of view. You are all very accurately described.

    BalasHapus