Senin, April 21, 2008

Menjadi Konsumen Professional

Kata professional identik dengan seseorang atau pelaku usaha jasa suatu layanan ataupun produk yang memiliki tingkat layanan dengan tingkat kepuasan yang tinggi, dengan aturan main yang bersih dan sesuai, biasanya digunakan oleh para pelaku usaha itu sendiri. Sumber di Wikipedia menyebut:
A professional can be either a person in a profession (certain types of skilled work requiring formal training/education) or in sports (a sportsman/sportwoman doing sports) for payment.Sometimes it is also used to indicate a special level of quality of goods or tools, sometimes also called "commercial grade".

Sebagai contoh seorang sales atau penjual bisa dikatakan professional apabila ia telah menguasai seluk beluk layanan per-sales-an, mulai dari hal-hal yang kecil seperti persiapan hingga teknik-teknik negosiasi yang dapat mempengaruhi targetnya untuk terpikat dan akhirnya membelinya. Tidak hanya itu saja, sales tersebut setidaknya telah memiliki track-record atau catatan karirnya yang cemerlang dengan berbagai prestasi sebelumnya. Begitu juga suatu produk professional, masih segar diingatan adanya Windows XP Professional, sah-sah saja Microsoft menjual produknya dengan nama Professional, namun tentu Microsoft memiliki alasan sendiri mengapa memberi nama produknya dengan label atau seri Professional. Konon Windows XP muncul sebagai penyempurna dari berbagai sistem operasi sebelumnya, yang tentu saja disesuaikan dengan catatan-catatan yang dimilikinya.

Berkaitan dengan professional, setidaknya pengalaman saya menjadi konsumen produk telekomunikasi di Indonesia ini menjadi bekal yang lumayan bagi saya pribadi. Adanya iklan jar-jer-jor di media masa hingga di jalanan sering membuat saya geli, masalahnya kadang malah membuat perut mual, lho kok? Bagaimana tidak? Kawin sama monyet dan kambing apa malah nggak membuat perut mual? Atau pesan “kassiihdaaah...” yang dijewer telinganya makin menunjukkan kalau iklan tersebut cocok dengan model peloncoan, enak di awal mbendol belakangan hehehe... jangan dianggap serius, itukan cuman iklan.

Sebagai konsumen, adanya persaingan produk telekomunikasi ini bagi saya menjadi pilihan untuk dibuat riset sendiri. Sudah tak terhitung berapa kali simcard yang saya gunakan untuk masa sekali pakai. Hah? Don't try this at home! Teman saya malah menyebut saya sebagai penjual simcard! Tapi jangan berburuk sangka dulu, ini saya lakukan untuk riset kecil saya, yaitu mencari alternatif yang paling murah untuk biaya interlokal dengan keluarga atau sejawat di seberang lautan, serta untuk keperluan akses data yang paling murah tetapi memiliki kualitas yang baik. Tentunya, itu semua harus bisa disesuaikan dengan perangkat (hardware-software) yang saya miliki. Lalu melakukan kajian atau riset kecil tadi dengan membandingkan berbagai sumber (studi literatur) baik dari pengalaman seseorang, internet hingga buku-buku yang banyak beredar. Sehingga, hasilnya bisa diketahui sekiranya produk apa yang cocok yang dapat saya gunakan, sedangkan produk yang gagal cukup tendang keluar jendela, beres. Menjadi konsumen professional dan pengalaman yang cukup agaknya menjadi hal yang perlu dipertimbangkan siapa saja.

PS. Pelajaran berharga, pengalaman saya menjadi konsumen loyal produk telekomunikasi untuk saat ini tidak (belum) dianggap menguntungkan. Lega rasanya hari ini berhasil melepaskan jerat. :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar