Minggu, Mei 04, 2008

Migrasi Linux dan VirtualBox





Beberapa waktu lalu, seorang rekan meminta sumbang saran pada saya mengenai rencana beliau memigrasikan semua perangkat lunak yang berbasis proprietary software ke open source software, lebih tepatnya dari Windows ke Linux, yang akan diterapkan di seluruh divisi tempat kerjanya. Jujur saya tidak mempunyai pengalaman atau pengetahuan memadai perihal migrasi memigrasikan dalam skala perusahaan besar. Sehingga jawaban saya pun cenderung subyektif menurut saya, tentu tidak memuaskan. Secara pribadi, saya sendiri lebih condong melihat hal itu atas dasar kebutuhan dan kesadaran (gayane sok butuh sok sadaaar... :P). Sedangkan bila sudah menyangkut banyak orang, maka saya berpendapat hal ini harus dipaksa dengan aturan. Analoginya seperti merubah kebiasaan orang dari kebiasaan sehari-harinya yang merokok, berubah untuk tidak merokok, atau beralih ke permen. Kalau bukan kesadaran bahwa rokok itu merugikan (mudhorot) dan bukan kebutuhan akan kesehatan, sulit merubahnya bukan? Ada yang tak setuju dengan pendapat saya? Itu pasti ada. It's your choice.

Untuk itulah dibuat aturan yang 'memaksa' untuk merubah kebiasaan 'asing' itu jadi kebiasaan yang biasa dikerjakan. Misalnya menjadikan semua perangkat lunaknya menggunakan Linux tanpa dual boot. Sehingga user mau tak mau memilih Linux sebagai basis kerjanya, tidak ada pilihan ke Windows. Apakah dengan begitu sudah merasa aman user tidak kembali ke kebiasaan lama? Tentu saja tidak, Windows pun masih bisa dijalankan juga, misalnya dengan menggunakan Virtual Machine seperti VMWare atau VirtualBox. Kendati demikian, setidaknya penggunaan Virtual Machine ini mempersempit ruang gerak kebiasaan tadi, minimal user masih bisa merasakan 'kangen'nya pada Windows, tapi tidak sadar di lingkungan Linux hehehe...

Lalu, apa nilai lebihnya migrasi ke Linux? Apakah dengan menggunakannya akan mempengaruhi produktifitas kerja menjadi lebih effisien dan effektif? Apakah pengeluaran untuk kebutuhan teknologi informasi lebih hemat atau makin boros? Bagaimana dengan dukungan dan kemudahan layanan perbaikan dan pengembangan perangkat lunaknya? Mungkinkah bisa diperbaiki dan dikembangkan sendiri? Bisakah dijalankan pada lintas platform? Lebih amankah? Murahkah? Bagaimana dengan virus? Perlukah membeli lisensi seperti kebiasaan lama? Bagaimana dengan polisi? Lho kok?

Hihihi... jadi banyak pertanyaan nih, gara-gara banyak pertanyaan malah nggak jadi nanti, sudahlah, migrasi saja nanti kan tahu sendiri... :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar