Selasa, Februari 28, 2006

Konvergensi Digital, Perlukah?

Seperti biasa, tiap hari senin sepulang kerja saya sempatkan mampir ke agen majalah Antara, daerah Klandasan dekat Kantor Pemkot Balikpapan. Selain cari-cari bacaan bermutu, lengkap, harganya juga terbilang miring, saking seringnya saya kesana, Engkong tua si bos agen ini sampe kenal banget. Nggak jarang, kalo' saya lagi beli majalah atau buku terbaru yang harganya sampe' puluhan ribu, saya ditambahi sisa koran kemaren, biasanya Kompas, lumayanlah ...
Nggak tahu, saya memang biasa beli koran itu walaupun banyak koran-koran lokal maupun nasional lainnya, bukan karena fanatik atau karena saya dibayar koran ini, tapi karena hari senin biasanya koran ini menampilkan rubrik khusus ulasan teknologi informasi, selain juga opini dan humaniora ... :)
Senin kemarin, saya kaget juga melihat ulasan jajak pendapat Litbang Kompas tentang konvergensi digital, dimana para pengguna teknologi komunikasi informasi tidak begitu penting lagi mempertimbangkan kandungan teknologi suatu produk teknologi seperti ponsel maupun smartphone.
Menurut jajak pendapat tersebut sekitar 60 – 70an persen responden mengatakan:
1. Tidak pernah menggunakan layanan download ringtone.
2. Tidak pernah mengecheck saldo perbankan.
3. Tidak pernah mengakses layanan berita SMS.
4. Tidak pernah melakukan koneksi internet.
5. Tidak pernah mengirim atau menerima email.
Tidak semuanya masyarakat menggunakan, karena berbagai alasan diantaranya seperti belum merupakan kebutuhan mendesak, penggunaan yang nggak mudah, dan biaya akses yang masih tinggi.
Hanya sekitar 20 - 33 persen responden saja menyatakan kadang-kadang:
1. Memotret.
2. Bermain games, dan
3. Mendengar musik digital (MP3)
Inilah kenyataannya, memang. Bagi saya sih, memang ketiga hal ini tidak begitu menyita biaya yang tinggi, walupun sebenarnya kalo' dilihat-lihat juga malah lebih tinggi dibanding yang lain. Games, kalo' bosan tentu kita ganti program, install program baru yang apabila download mahal juga, beli legal juga mahal. Musik mp3, juga nggak kalah mahal, namun ketiga hal ini masih bisa diakali seperti ngopi dari CD, atau ripping sendiri dengan perangkat lunak converter gratisan yang banyak bertebaran di internet ini.
Jadi, kalo' sekarang akan muncul 3G, banyak yang pesimis akan banyak dimanfaatkan, karena dari sisi biaya akan semakin mahal, bisa jadi seperti yang banyak diperdebatkan di milis, biaya awal saat kemunculan 3G ini akan menjadi mahal yang digunakan untuk menutupi atau mengembalikan modal awal saat lelang 3G, atau seperti saat kemunculan ponsel pertama kali awal tahun 1996-an. Memang, perkembangan teknologi ini tidak dapat dilihat dalam jangka waktu dekat, tapi paling tidak akan mengalami proses seleksi oleh masyarakat pengguna, kira-kira layak nda untuk terus survive atau berhenti ditengah jalan, kita lihat saja.
Yang jelas, bagi saya, konvergensi digital memang perlu diperluas, dan saya sangat berharap jika teknologi ini akan semakin murah, effisen dan efektif digunakan lapisan masyarakat luas. Mungkinkah itu? Kenapa tidak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar