Kamis, Juni 29, 2006
Screenshot Contoh Soal Paket Program Niaga II
Hampir saja saya kelupaan menyelesaikan Soal Paket Program Niaga II, bersyukur banget diingatkan Mas Ahmad Rijali di comment blog ini. Soal dibangun di atas M$ Access dan Visual Basic for Application bawaan M$ Office, jangan lupa install juga Visual Basic 6, sangat simpel, mudah dan familiarity banget. Nggak perlu lama-lama bikinnya, karena semuanya masih ada di materi kuliah, kalo’ kesulitan juga bisa sharing langsung itu lebih bagus daripada lewat sms, email atau telepon. Kesannya males banget, jadinya males-malesan juga nanti.
Berikut screenshot yang dimaksud, boleh Anda menjiplak persis atau berkreasi dan memodifikasi sendiri itu lebih baik, asal bukan asal-asalan saja.
Jika telah selesai, secepatnya untuk maju presentasi, jangan menunggu hingga batas akhir (deadline) yang diberikan, siapa sich yang suka antrian panjang menjemukan? Lewat dari batas waktu tidak akan di terima lagi. Tak ada susulan, perbaikan, black-mail, atau semacamnya. Perbaikan hanya diberikan kepada yang benar-benar berhalangan seperti sakit dengan dibuktikan surat keterangan dokter, atau hal-hal di luar kemampuan, itupun masih dalam semester aktif.
Untuk melihat screenshot yang lain agar lebih jelas, silahkan menuju di sini.
Senin, Juni 26, 2006
Zona Latihan Adu Untung atau Buntung?
Sudah jadi kebiasaan ajang sepak bola piala dunia pasar-pasar taruhan dadakan bermunculan, mulai yang kelas ecek-ecek hingga miliaran, apalagi Piala Dunia 2006 saat ini. Pelaku pasar biasanya adalah orang-orang dewasa dan berduit. Meski nggak usah dicari tahu keberadaannya, toh jika benar-benar ditelusuri bisa dipastikan ada saja pasar itu. Tapi syukurlah, walaupun saya tinggal di “Las Vegas”nya Balikpapan, saya belum menemui pasar-pasar dadakan ini.
Di hari libur bila tidak ada aktifitas, saya usahakan mengajak jalan-jalan anak istri putar-putar kota berkendaraan. Minggu kemarin nampaknya lain dari hari biasanya, maklumlah, sepertinya suasana kota agak lenggang, mungkin pengaruh semalaman nonton Jerman vs Swedia diteruskan Argentina vs Meksiko, kebetulan minggu libur biasanya dipake’ molor sekalian.
Nah, di saat saya tidak berminat mencari tahu ada tidaknya pasar taruhan piala dunia, akhirnya saya menemui juga ajang taruhan tanpa dapat saya mengerti mengapa saya berada disana. Bedanya, pasar taruhan ini tak mengenal piala dunia, pelakunya mulai dari anak-anak usia taman kanak-kanak hingga ibu-ibu dan bapak-bapak, ramai banget.
Mau tahu dimana?
Di Timezone.
Di kota ini, zona bermain anak-anak selain Timezone adalah Amazone. Keduanya menurut saya hanyalah perusahaan yang menjual jasa berupa sewa mesin-mesin permainan anak-anak. Sebagai misal, untuk dapat menggunakan mesin mobil-mobilan seorang anak harus menggesek voucher atau card magnetic dengan pulsa isi ulang yang telah dibelinya terlebih dahulu dengan harga tertentu. Apabila mobil-mobilan si anak ini telah berhenti, mesin akan memberikan 3 lembar tiket sebagai tanda telah menggunakannya. Pada akhirnya, setiap selesai menggunakan atau menyewa mesin permainan yang lain pun mesin akan memberikan tiket yang apabila dikumpulkan dalam jumlah tertentu dapat ditukarkan dengan souvenir. Semakin banyak tiket yang terkumpul, maka semakin besar atau bisa dikatakan semakin mahal souvenir yang diterimanya.
Yang membuat berbeda dari mesin-mesin permainan ini adalah adanya mesin yang mirip bahkan berfungsi sama dengan taruhan atau judi. Kalo’ jaman saya kecil dulu sewaktu masih SD dan didepan sekolah ada Lêk- Lêk (Pak Lêk, sebutan anak kecil memanggil paman logat Jawa Timuran), mesin ini biasanya disebut kolas. Kolas identik dengan permainan ala Las Vegas, seperti memutar bola pada roda putar dengan jarum penunjuk atau mengambil kelereng warna tertentu dalam karung kecil, jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang jauh dari harga sebenarnya yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika apes ya nggak dapat apa-apa. Nah, apabila emosi terpancing, tak puas dan rasa penasaran yang memuncak, maka mesin ini akan menghisap dalam-dalam kantong belanja hingga benar-benar kering.
Sepanjang pengamatan saya (wekss ... jadi pengamat neh!), permainan yang mengarah kolas di Timezone adalah seperti SpinBall, Stacker, Elfin Cup atau The Big One dan masih banyak lagi yang belum sempat teramati. Intinya, permainan-permainan tersebut mengadu keberuntungan. Saya berharap, zona-zona ini bukan menjadi zona ajang latihan adu untung atau adu nasib yang diberikan untuk anak-anak sebagai dalih hiburan. Susahnya, kadang justru orang tualah yang mengajarinya, ada seorang ibu berjilbab tersenyum senang menggesek berkali-kali mesin mirip SpinBall agar anaknya memasukkan bola dalam lubang yang memiliki point besar, untungnya si anak “beruntung”. Juga seorang bapak yang saya perkirakan habis ratusan ribu bermain The Big One tapi tak pernah mendapatkan boneka untuk anaknya, kasihan.
Di hari libur bila tidak ada aktifitas, saya usahakan mengajak jalan-jalan anak istri putar-putar kota berkendaraan. Minggu kemarin nampaknya lain dari hari biasanya, maklumlah, sepertinya suasana kota agak lenggang, mungkin pengaruh semalaman nonton Jerman vs Swedia diteruskan Argentina vs Meksiko, kebetulan minggu libur biasanya dipake’ molor sekalian.
Nah, di saat saya tidak berminat mencari tahu ada tidaknya pasar taruhan piala dunia, akhirnya saya menemui juga ajang taruhan tanpa dapat saya mengerti mengapa saya berada disana. Bedanya, pasar taruhan ini tak mengenal piala dunia, pelakunya mulai dari anak-anak usia taman kanak-kanak hingga ibu-ibu dan bapak-bapak, ramai banget.
Mau tahu dimana?
Di Timezone.
Di kota ini, zona bermain anak-anak selain Timezone adalah Amazone. Keduanya menurut saya hanyalah perusahaan yang menjual jasa berupa sewa mesin-mesin permainan anak-anak. Sebagai misal, untuk dapat menggunakan mesin mobil-mobilan seorang anak harus menggesek voucher atau card magnetic dengan pulsa isi ulang yang telah dibelinya terlebih dahulu dengan harga tertentu. Apabila mobil-mobilan si anak ini telah berhenti, mesin akan memberikan 3 lembar tiket sebagai tanda telah menggunakannya. Pada akhirnya, setiap selesai menggunakan atau menyewa mesin permainan yang lain pun mesin akan memberikan tiket yang apabila dikumpulkan dalam jumlah tertentu dapat ditukarkan dengan souvenir. Semakin banyak tiket yang terkumpul, maka semakin besar atau bisa dikatakan semakin mahal souvenir yang diterimanya.
Yang membuat berbeda dari mesin-mesin permainan ini adalah adanya mesin yang mirip bahkan berfungsi sama dengan taruhan atau judi. Kalo’ jaman saya kecil dulu sewaktu masih SD dan didepan sekolah ada Lêk- Lêk (Pak Lêk, sebutan anak kecil memanggil paman logat Jawa Timuran), mesin ini biasanya disebut kolas. Kolas identik dengan permainan ala Las Vegas, seperti memutar bola pada roda putar dengan jarum penunjuk atau mengambil kelereng warna tertentu dalam karung kecil, jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang jauh dari harga sebenarnya yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika apes ya nggak dapat apa-apa. Nah, apabila emosi terpancing, tak puas dan rasa penasaran yang memuncak, maka mesin ini akan menghisap dalam-dalam kantong belanja hingga benar-benar kering.
Sepanjang pengamatan saya (wekss ... jadi pengamat neh!), permainan yang mengarah kolas di Timezone adalah seperti SpinBall, Stacker, Elfin Cup atau The Big One dan masih banyak lagi yang belum sempat teramati. Intinya, permainan-permainan tersebut mengadu keberuntungan. Saya berharap, zona-zona ini bukan menjadi zona ajang latihan adu untung atau adu nasib yang diberikan untuk anak-anak sebagai dalih hiburan. Susahnya, kadang justru orang tualah yang mengajarinya, ada seorang ibu berjilbab tersenyum senang menggesek berkali-kali mesin mirip SpinBall agar anaknya memasukkan bola dalam lubang yang memiliki point besar, untungnya si anak “beruntung”. Juga seorang bapak yang saya perkirakan habis ratusan ribu bermain The Big One tapi tak pernah mendapatkan boneka untuk anaknya, kasihan.
Sabtu, Juni 24, 2006
Ugh!! Help me, Yahoo!, Stop Armand Morin! Stop their spam!
Pernahkah Anda mendapati email dari si bule Armand Morin? Entahlah, saya miliki account Yahoo yang sering kemasukan "Armand Morin". Yahoo memiliki fasilitas Spam Protection, Anti-Spam Resource Center, Block Addresses, dan saya sudah menandai spam khusus buat si Armand Morin sialan ini supaya nggak bisa masuk. Saya nggak ngerti, kenapa Armand Morin ini mengenali email saya, apakah saya pernah berinteraksi dengan situsnya ini (www.myaffiliatecenter.com) atau tidak, yang jelas si Armand Morin bikin jengkel membuat ulah dan bisa dituntut pasal perbuatan yang tidak menyenangkan!
Biasanya, dari pengalaman saya menggunakan Yahoo, apabila kedapatan spam cukup tandai dengan spam, selanjutnya mesin Yahoo dengan tenang menjaganya dengan pesan:
Nah, bedanya si Armand ini ganti-ganti mesin, tiap kali Yahoo mengenali dia sebagai spam, dia mengirim kembali pesan seolah-olah mengkonfirmasi dengan subyek Unsubscribe Confirmation. Jika tertipu dan mengkiliknya, maka otomatis kembali tetap ter-subscribe, karena pesan itu hanya tipuan. Apalagi alamat email saya sudah tersimpan manis di databasenya, rupanya database itu jadi lumbung padinya buat makanan pokok keluarga Armand Morin.
Kali ini, saya coba Block Addresses, cukup domain diatas saja, kalo masih tetap membandel juga, saya teriak:
Ugh!! Help me, Yahoo!, Stop Armand Morin! Stop their spam!
Biasanya, dari pengalaman saya menggunakan Yahoo, apabila kedapatan spam cukup tandai dengan spam, selanjutnya mesin Yahoo dengan tenang menjaganya dengan pesan:
Thanks! Every message you report helps SpamGuard perform better.
The selected message was deleted and reported as spam.
Nah, bedanya si Armand ini ganti-ganti mesin, tiap kali Yahoo mengenali dia sebagai spam, dia mengirim kembali pesan seolah-olah mengkonfirmasi dengan subyek Unsubscribe Confirmation. Jika tertipu dan mengkiliknya, maka otomatis kembali tetap ter-subscribe, karena pesan itu hanya tipuan. Apalagi alamat email saya sudah tersimpan manis di databasenya, rupanya database itu jadi lumbung padinya buat makanan pokok keluarga Armand Morin.
Kali ini, saya coba Block Addresses, cukup domain diatas saja, kalo masih tetap membandel juga, saya teriak:
Ugh!! Help me, Yahoo!, Stop Armand Morin! Stop their spam!
Senin, Juni 05, 2006
Soal tugas akhir kuliah
Sebentar saja mau posting sudah ditanya "Mana tugasnya?". He ... he ... salut-salut sing sregep ya :)
Seluruh tugas sudah saya tempel di papan pengumuman kampus B beserta kelompoknya, tapi kalo' mau donlud sendiri di sini, sudah saya siapkan.
Klik ajah: Otomasi Perkantoran atau Soal Pemrograman Internet
Selamat mengerjakan
Seluruh tugas sudah saya tempel di papan pengumuman kampus B beserta kelompoknya, tapi kalo' mau donlud sendiri di sini, sudah saya siapkan.
Klik ajah: Otomasi Perkantoran atau Soal Pemrograman Internet
Selamat mengerjakan
Minggu, Juni 04, 2006
Aksi Penulis Blog Indonesia Untuk ‘Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2006′
Kemarin saat iseng waping (istilah Internetan pake ponsel) kaget juga melihat weblog ini masuk dalam daftar Aksi Penulis Blog Indonesia Untuk ‘Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2006′ di blogger Indonesia terkenal, Priyadi.Net. Banyak sekali komentar macam-macam disana, saya sendiri begitu melihat aksi ini langsung ikutan tanpa pikir panjang lagi, entahlah nanti kena Priyadi Effect :)
Mengenai apakah saya merokok?
Ah, sejak kecil saya paling nggak suka merokok, dulu waktu kecil awal tahun 80-an suka di gung-gung teman-teman diminta nyoba ngerokok utis bekas rokoknya orang-orang tua yang ikut acara kendurenan di rumah. Tapi dasar anak kecil, digodain gitu sempet juga ragu-ragu dan isep sedikit, "uhuk ... uhuk ...". Nah, saat itu Ayah saya ngelihat dan dibauinya mulutku, lha ... ketahuan kan. Syukurlah nda marah, hanya disuruh cuci mulut dan sedikit nasehat yang hingga sekarang saya tidak merokok.
Apa Ayah saya ngerokok?
Sejak kecil, saya tidak pernah tahu Ayah saya adalah perokok, karena memang sepanjang sepengetahuan saya Ayah tidak merokok hingga sekarang. Tapi, suatu ketika saat memegang tangan Beliau, di jari Ayah terlihat kuku yang agak rusak. Saya nggak berani tanya, tapi lalu tanya Ibu saya "Bu, kenapa sih tangan Ayah kok jarinya kaya' gitu". Ibu saya bilang "Ooh ... dulu Ayahmu suka merokok, jari itu akibat rokoknya selalu dipegang dan rasa panasnya bikin keenakan ...", dan itu dilakukan Beliau saat saya belum lahir dan masih kecil. Yang saya suka Beliau adalah tidak merokok didepan kami selaku anak-anak kecil. Hingga kini tidak ada saudara saya yang merokok, walaupun ada asbak di meja tamu, biasalah, untuk tamu yang ngerokok biar nggak kotor :)
Bagaimana dengan saya selaku Ayah?
Ya, saat ini saya masih tinggal di RMI (baca: Rumah Mertua Indah), yang saya risaukan adalah masih ada saudara istri yang ngerokok, sembarangan lagi. Pernah ponakan laki-laki saya yang masih kecil nangis koar-koar gara-gara makan utis bekas rokok pamannya. Aduuhh ... harus dicarikan solusi ini :)
Merokok? Bagi saya tidak ada manfaat sedikitpun daripada mudhorotnya. Mudhorot akan mudah ditinggalkan apabila ada niatan yang ikhlas dan itu diniati sebagai ibadah.
Mengenai apakah saya merokok?
Ah, sejak kecil saya paling nggak suka merokok, dulu waktu kecil awal tahun 80-an suka di gung-gung teman-teman diminta nyoba ngerokok utis bekas rokoknya orang-orang tua yang ikut acara kendurenan di rumah. Tapi dasar anak kecil, digodain gitu sempet juga ragu-ragu dan isep sedikit, "uhuk ... uhuk ...". Nah, saat itu Ayah saya ngelihat dan dibauinya mulutku, lha ... ketahuan kan. Syukurlah nda marah, hanya disuruh cuci mulut dan sedikit nasehat yang hingga sekarang saya tidak merokok.
Apa Ayah saya ngerokok?
Sejak kecil, saya tidak pernah tahu Ayah saya adalah perokok, karena memang sepanjang sepengetahuan saya Ayah tidak merokok hingga sekarang. Tapi, suatu ketika saat memegang tangan Beliau, di jari Ayah terlihat kuku yang agak rusak. Saya nggak berani tanya, tapi lalu tanya Ibu saya "Bu, kenapa sih tangan Ayah kok jarinya kaya' gitu". Ibu saya bilang "Ooh ... dulu Ayahmu suka merokok, jari itu akibat rokoknya selalu dipegang dan rasa panasnya bikin keenakan ...", dan itu dilakukan Beliau saat saya belum lahir dan masih kecil. Yang saya suka Beliau adalah tidak merokok didepan kami selaku anak-anak kecil. Hingga kini tidak ada saudara saya yang merokok, walaupun ada asbak di meja tamu, biasalah, untuk tamu yang ngerokok biar nggak kotor :)
Bagaimana dengan saya selaku Ayah?
Ya, saat ini saya masih tinggal di RMI (baca: Rumah Mertua Indah), yang saya risaukan adalah masih ada saudara istri yang ngerokok, sembarangan lagi. Pernah ponakan laki-laki saya yang masih kecil nangis koar-koar gara-gara makan utis bekas rokok pamannya. Aduuhh ... harus dicarikan solusi ini :)
Merokok? Bagi saya tidak ada manfaat sedikitpun daripada mudhorotnya. Mudhorot akan mudah ditinggalkan apabila ada niatan yang ikhlas dan itu diniati sebagai ibadah.
Langganan:
Postingan (Atom)