Rabu, Februari 27, 2008
MacBook yang Selalu Bikin Ngiler
Syukurlah, saya selalu dikirimi berita bagus dari Apple gambar-gambar MacBook yang ... ah, bikin ngiler ini. Hmm... harganya itu, 3x harga Travelmate-ku yang sudah hampir 2 tahun, bisa jadi masih kurang. Tapi rasanya sudah cukup kok, dengan Gutsy plus Compiz ala Mac ini, sudah bisa merasakan goyangan-goyangannya... weih, apalagi Vista dan Aero, lewat dech... kemarin lihat Faculty Connection Summit 2008 di Yogyakarta, rasanya gatal juga ini tangan, pingin garuk saja. :D
Senin, Februari 25, 2008
Mana yang Lebih Tepat, Donatur atau Sponsor?
Beberapa hari yang lalu, saya mengirimkan email ke beberapa rekan dan kolega saya, berkaitan dengan sebuah sistem informasi yang saya kembangkan sendirian. Dalam email tersebut saya meminta pertimbangan atau saran tentang program yang rencananya saya letakkan berupa icon pada sistem tersebut. Program itu adalah “Buy me a coffee”. Biasanya, program seperti ini diambil oleh pengembang-pengembang program open source independen dalam menjaga eksistensinya agar tidak layu kekurangan dana. Beberapa contoh yang dapat kita lihat seperti “Do you like my service? Buy me a coffee” atau “Give me a cup of coffee” dan sebagainya yang pada dasarnya adalah sama. Terkadang dari kita, ada sebagian yang memandang hal ini adalah 'hina', seperti mengemis atau meminta imbalan, sehingga tidak pantas dan dianggap murahan. Mari kita tilik lebih dalam.
Sebagai contoh, saya sering menggunakan aplikasi atau piranti lunak bebas yang sering saya peroleh dengan gratis, dan pengembangnya membolehkan siapapun untuk menggunakannya dengan bebas. Dalam penggunaan sehari-haripun, piranti lunak ini mampu membantu saya mengekpresikan diri, melakukan improvisasi, menyelesaikan persoalan-persoalan kecil, belajar, produktifitas kerja hingga sekedar mencari hiburan, bahkan saya memperoleh benefit dari hasil kreatifitas mengolah piranti lunak ini. Artinya, saya benar-benar terbantu oleh piranti lunak ini walaupun pengembangnya membolehkan saya menggunakannya dengan gratis sesuai lisensi yang termuat di dalamnya, dengan tanpa ada ketergantungan terhadap piranti lunak ini. Sewaktu-waktu saya bisa merubahnya sendiri atau berpaling menggunakan piranti lain yang lebih baik bila ada. Saya, adalah salah satu dari sekian ribu atau sekian juta pengguna piranti lunak ini dan merasa terbantu. Sebagai rasa terima kasih, terkadang di antara pengguna ada keinginan membalas jasa-jasa para pengembang piranti lunak ini, yang sebegitu besarnya membuat perubahan dalam pembangunan manusia cerdas di seluruh dunia.
Tapi, bagaimana caranya?
Ada banyak cara, seperti membantu para pemula memanfaatkan piranti lunak ini, mengirimkan donasi langsung ke rekening bank atau paypal mereka, atau salah satunya dengan “membelikan secangkir kopi” seperti yang mereka inginkan. Para pengguna piranti lunak yang berbaik hati ini sadar, bahwa dengan eksistensinya piranti lunak tersebut dapat membantu perubahan-perubahan dunia ke arah yang lebih baik.
Lalu, mana yang lebih tepat bagi Anda, sebagai donatur, sponsor ataukah tidak sama sekali?
Sebagai contoh, saya sering menggunakan aplikasi atau piranti lunak bebas yang sering saya peroleh dengan gratis, dan pengembangnya membolehkan siapapun untuk menggunakannya dengan bebas. Dalam penggunaan sehari-haripun, piranti lunak ini mampu membantu saya mengekpresikan diri, melakukan improvisasi, menyelesaikan persoalan-persoalan kecil, belajar, produktifitas kerja hingga sekedar mencari hiburan, bahkan saya memperoleh benefit dari hasil kreatifitas mengolah piranti lunak ini. Artinya, saya benar-benar terbantu oleh piranti lunak ini walaupun pengembangnya membolehkan saya menggunakannya dengan gratis sesuai lisensi yang termuat di dalamnya, dengan tanpa ada ketergantungan terhadap piranti lunak ini. Sewaktu-waktu saya bisa merubahnya sendiri atau berpaling menggunakan piranti lain yang lebih baik bila ada. Saya, adalah salah satu dari sekian ribu atau sekian juta pengguna piranti lunak ini dan merasa terbantu. Sebagai rasa terima kasih, terkadang di antara pengguna ada keinginan membalas jasa-jasa para pengembang piranti lunak ini, yang sebegitu besarnya membuat perubahan dalam pembangunan manusia cerdas di seluruh dunia.
Tapi, bagaimana caranya?
Ada banyak cara, seperti membantu para pemula memanfaatkan piranti lunak ini, mengirimkan donasi langsung ke rekening bank atau paypal mereka, atau salah satunya dengan “membelikan secangkir kopi” seperti yang mereka inginkan. Para pengguna piranti lunak yang berbaik hati ini sadar, bahwa dengan eksistensinya piranti lunak tersebut dapat membantu perubahan-perubahan dunia ke arah yang lebih baik.
Lalu, mana yang lebih tepat bagi Anda, sebagai donatur, sponsor ataukah tidak sama sekali?
Senin, Februari 18, 2008
Australia: Sering Lampu Mati?
Tak hanya di Balikpapan atau kota-kota di Kalimantan Timur, sekitar 1
jam yang lalu Yogyakarta juga mengalami lampu mati (apa mati lampu
ya?) kurang lebih selama 3 jam. Saya kira padamnya listrik ini masih
bisa ditoleransi, selain waktunya yang relatif pendek, juga masa
gangguan tidak sesering Balikpapan, apalagi waktu kembali normal bisa
24 jam.
jam yang lalu Yogyakarta juga mengalami lampu mati (apa mati lampu
ya?) kurang lebih selama 3 jam. Saya kira padamnya listrik ini masih
bisa ditoleransi, selain waktunya yang relatif pendek, juga masa
gangguan tidak sesering Balikpapan, apalagi waktu kembali normal bisa
24 jam.
Tadi siang saya mendapat kabar dari sejawat yang tengah berada di
Australia, kalau di sana sedang memasuki summer. Ia menambahkan bahwa
suhu di luar rumah bisa mencapai 39-40 derajat, tidak dijelaskan dalam
satuan Celcius atau Fahrenheit. Bagi saya, baik musim dingin atau
musim panas di Australia, suhunya akan jauh lebih dingin atau lebih
panas, sehingga bisa dipastikan tiap-tiap rumah tinggal akan selalu
menyediakan pemanas atau pendingin ruangan. Nah, bagaimana bila
seandainya Balikpapan ada di Australia sana?
Mobile Blogging: Posting Blog via Email
Posting berita ini saya kirim via email, agar diketahui ternyata saya
belum mengeksplorasi lebih banyak tools yang disediakan blogger.com.
Apabila ini berhasil, maka langkah selanjutnya adalah ... ngirit!
Entah nanti mungkin lebih banyak posting blog atau ... ah, blog gak
penting ... ;-)
belum mengeksplorasi lebih banyak tools yang disediakan blogger.com.
Apabila ini berhasil, maka langkah selanjutnya adalah ... ngirit!
Entah nanti mungkin lebih banyak posting blog atau ... ah, blog gak
penting ... ;-)
Sabtu, Februari 16, 2008
Senin, Februari 11, 2008
Belajar dari Tarakan: Tarif Dasar Listrik Regional
Akibat kesel banget lampu mati, saya mencari sebab mengapa Balikpapan hingga sekarang masih byar-pet, padahal hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 111. Akhirnya surfing saja, dan saya penasaran membaca berita Tribun Kaltim ini, terutama kalimat berikut pada alinea terakhir:
Menurut Imdaad, Balikpapan tidak bisa seperti Tarakan yang menerapkan tarif dasar listrik regional.
Mengapa tidak bisa? Ternyata jawabannya sudah lama dan saya tidak tahu, berikut saya kutip dari sumbernya, Sinar Harapan:
Direktur PT PLN (Persero) Eddie Widiono mengakui ada masalah di hulu, yaitu pasokan gas untuk pembangkit listrik di Balikpapan. Padahal kota ini kaya sumber gas, sampai-sampai akan dibangun jalur pipa gas ke Jawa Tengah. Eddie mengingatkan harga gas mengikuti harga minyak (parity to oil), sehingga ketersediaan energi primer yang murah untuk pembangkit listrik menjadi isu yang perlu diwaspadai, terutama ketika daerah ini akan menerapkan Tarif Dasar Listrik (TDL) Regional. Apalagi Balikpapan tersambung dalam sistem jaringan Mahakam-Balikpapan-Tenggarong. Ini makin tidak memudahkan niatan kota lumbung energi ini menerapkan TDL Regional.
Selain itu, kalaupun TDL Regional berlaku di Balikpapan, bagaimana dengan nasib warga yang kadang sudah di-subsidi saja sering nunggak? Yang perlu diingat, sumber energi minyak dan gas bumi kini mulai mengkeret, mampet. Nampaknya, Tarakan hanya mengulur waktu saja, untuk saat ini TDL Regional dirasa cukup membantu, setidaknya bisa mengatasi byar-pet dalam jangka waktu tertentu. Kata orang sih, lari jarak jauh dengan lari jarak pendek, masalahnya hanya cara mengatur napas dan tenaga, ngos-ngosan. Au ah gelap.
Rabu, Februari 06, 2008
Gudeg, Ah... Sudah Biasa
Bila mendengar kata “Yogya” atau ketika berkunjung ke sana, kadang ingatan kita akan tertuju pada beberapa frase atau kata yang kerap menjadi key word daerah istimewa ini, salah satunya adalah kata “Gudeg”. Tapi tahukah Anda, bahwa belum tentu bila sudah berada di Yogya kemudian pasti merasakan gudeg? Halah!
Cukup lama saya mendapatkan petunjuk dimana kira-kira penjual nasi gudeg yang sesuai lidah Jawa saya ini, sekitar 2 bulan, walah! Ternyata tidak jauh-jauh dari lokasi base camp saya, namanya gudeg mbarek, lokasinya di barek, Kaliurang. Di antaranya, saya prefer di daerah Selokan Mataram, sebelah utara kantor pusat UGM. Lauknya macem-macem default gudeg, standard nasional begitu, tapi bisa dikonfigurasi sendiri sesuai selera, jadi harganya juga macem-macem setidaknya kompatibel dengan kantong mahasiswa. Kalaupun rasa, mantap banget gak kalah enak, cuman nasinya sak uprit, tapi jangan khawatir, bisa nambah kok. Mau?
* Iseng, kira-kira key word apa yang paling populer mengikuti kata Yogyakarta? *
Minggu, Februari 03, 2008
Di Borobudur, Kaki Limanya Luar Biasa
Awal Desember tahun lalu, saya, istri dan anak-anak sempat jalan-jalan ke Candi Borobudur, Magelang. Karena kunjungan ini pertama kalinya buat anak-anak, maka saya sebelumnya jauh hari harus mengenal medan lebih dulu, survey gitu, supaya minimal nggak tersesat di jalan keluar, yang memang sepertinya sengaja dibuat “sesat”. Lho kok? Pasalnya, saat survey, saya benar-benar tersesat setelah mengikuti petunjuk jalan menuju pintu keluar yang diarahkan melewati lapak-lapak kaki lima, yang sengaja dibuat berkelok-kelok panjang sekali dan harus melewati lapak-lapak yang lainnya, beuh... kalau memang nggak niat beli suvenir di lapak, dijamin ngomel-ngomel capek dech. Jadi, paling tidak kudu nyiapin tenaga buat supaya kedua kaki ini kuat naik turun candi yang luas itu, juga buat lewat lapak-lapak.
Nah, karena sudah tahu jalan sebelumnya, maka saya memotong jalan tidak mengikuti petunjuk jalan yang terpasang di sana, padahal dilarang dilalui untuk umum, masa bodoh ah, kasian anak-anak capek dech. Dari belakang saya lihat turis asing berjalan cepat-cepat mengikuti arah jalan saya. Awalnya saya cuek saja, tetapi setelah turis-turis ini melewati saya, saya baru sadar, turis-turis ini jalan cepat karena dikejar pedagang suvenir, coba lihat, si turis cewek ketawa-tawa saja sampai mau minta tolong, wakakak...
Memang, pedagang kaki lima seperti ini jumlahnya luar biasa di kawasan wisata Indonesia, dan sudah menjadi pemandangan umum, kabarnya, di Bali malah lebih luar biasa aksinya, hmmm...
Omong-omong, coba tebak, di foto itu, berapa jumlah turisnya?
Langganan:
Postingan (Atom)