Itulah pesan yang saya sampaikan pada mas moderator milis mahasiswa yang merespon keinginan para anggota milis agar meng-cut, mem-banned para “perusuh” yang mengganggu jalannya kreatifitas dan ideologi mahasiswa. Milis sebelumnya telah dirasuki sindrom buruk sangka tanpa bukti dan menjadi ajang pembenturan antara dosen dengan mahasiswa, milis menjadi semacam kendaraan memuluskan rencana jahat meruntuhkan institusi sepertinya menggunakan fuzzy logic tak beraturan. Sesuai etika milis, rambu-rambu bermilis sebenarnya sudah sering didendangkan namun nampaknya sulit dimengerti, sulit dipahami, dan diperparah sang moderator tampak acuh dengan dalih sibuk bekerja bukan sibuk mengurusi milis. Sepertinya milis terkena busung lapar.
Hanya 2 kali posting saya berisi himbauan menyusul cooling down, selebihnya saya tidak mengomentari segala macam pikiran-pikiran buruk yang bersumber dari rasa dendam, amarah dan kecewa memenuhi kepala narasumber yang tetap bersembunyi dibalik namanya. Apakah narasumber takut? Kenapa takut! Tidak ada mahasiswa mengorbankan dirinya sendiri akibat kesalahannya.
By the way, milis mahasiswa adalah tetap milik mahasiswa, kalopun ada pembina, penasehat dari lingkungan birokrasi hendaklah tetap memberikan ruang kebebasan pada mahasiswa dengan mengacu pada kaidah norma dan etika sebagai anggota intelektual. Milis mahasiswa, wadah mahasiswa dalam berdemokrasi, bukan wadah gontok-gontokan, tuduh-tuduhan, membenturkan dan terbentur…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar