Sabtu, Agustus 05, 2006

Full Day atau Half Day School?


Setiap waktu pulang pergi bekerja, akhir-akhir ini saya selalu melihat spanduk hijau bertuliskan “Full Day School”. Setahu saya, spanduk ini sudah hampir sebulan yang lalu, dan telah tersebar di sudut-sudut kota. Sepintas saya berasumsi, sekolah ini menerapkan sistem belajar 7 hari seminggu terus menerus, jadi hari minggu tetap sekolah. Tapi begitu tanya pada si empunya spanduk, asumsi saya ternyata keliru! Full Day School itu maksudnya waktu belajar mulai pukul 7 pagi hingga pukul 5 sore, jam belajar yang biasanya 7 – 8 jam menjadi 10 – 11 jam. Alamak! Teler dech.
Namun demikian, biasanya selama satu minggu hanya 5 hari yang digunakan yaitu senin sampai jumat, sedang hari sabtu tetap masuk sekolah yang biasanya diisi dengan relaksasi dan kreatifitas.

Penasaran ingin mencari tahu, saya tidak menemukan aturan mengenai sistem belajar ini selain berita tentang sekolah yang mengadakan program ini di lingkungan Depdiknas, atau memang sudah ada dan saya ketinggalan informasi kali ya? Atau mungkin Depdiknas membolehkan sistem ini untuk menyongsong UAN tahun depan yang sepertinya semakin tidak ada kompromi?

Sedikit mempelajari sejarah munculnya Full Day School, program ini lahir pada awal tahun 1980an di Amerika Serikat yang diterapkan untuk sekolah taman kanak-kanak, yang akhinya melebar ke jenjang sekolah dasar hingga menengah atas. Menurut ringkasan penelitian, ketertarikan kebanyakan masyarakat AS terhadap Full Day School dilatarbelakangi karena:

  • Meningkatnya jumlah orang tua, terutama ibu yang bekerja dan memiliki anak dibawah 6 tahun.
  • Meningkatnya jumlah anak-anak usia prasekolah yang ditampung di sekolah-sekolah milik publik/masyarakat umum.
  • Meningkatnya pengaruh televisi dan kesibukan (mobilitas) orang tua.
  • Keinginan untuk memperbaiki nilai akademik agar sukses menghadapi jenjang yang lebih tinggi.

Dengan adanya Full-Day program, semua masalah diatas diharapkan dapat diatasi dengan baik. Berdasarkan penelitian sebelumnya menyebutkan; sebagian pelajar yang mengambil Full-Day Program menunjukkan keunggulan akademik lebih baik. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa pelajar yang mengambil program full-day memiliki performa lebih baik pada setiap kali mengikuti pelajaran tanpa efek merugikan yang signifikan, dibanding pelajar yang mengambil Half-Day Program. Half Day Program adalah yang biasa kita sebut sekolah reguler yang kebanyakan sekolah di Indonesia menerapkannya, dengan waktu belajar mulai pagi hingga siang hari saja.

Namun point kritis Full Day Program terletak pada biaya yang sangat mahal, hal ini disebabkan karena sekolah menyesuaikan kebutuhan dan kualitas staf pengajar yang always standby, serta penanganan manajemen sekolah untuk terus menjaga rasio keseimbangan jumlah siswa, staf pengajar dan ruang belajar. Pengeluaran lainnya yang semakin menambah beban biaya sekolah seperti menyediakan makanan dan transportasi, namun apabila tidak disediakan tentu kembali lagi akan menambah beban orang tua. Untuk beberapa kasus akan ditambah pengeluaran untuk kebutuhan pemeliharaan gedung sekolah agar tetap nyaman dan tidak membosankan.

Berbeda dengan Half-Day Program, kebanyakan pendidik di AS lebih menyukai program ini. Dijelaskan bahwa half-day program dapat menyediakan kualitas pendidikan yang tinggi serta dapat mengasah pengalaman sosial si murid agar lebih peka dan tajam terhadap lingkungan sekitarnya. Lebih lanjut disebutkan, half-day program memberikan pengalaman yang sistematis dan waktu yang lebih banyak dalam menyelesaikan masalah untuk menghindari stress dibanding dengan full-day program. Para pendukung half-day-program lebih percaya pada penelitian yang menyebutkan bahwa usia lima tahun lebih baik diberikan perhatian secara perlahan, membangun minat, dan aktifitas di rumah yang memungkinkan banyak waktu bagi anak untuk bermain dan berinteraksi dengan teman sebaya atau pun yang lebih tua.

Hanya saja seperti disebutkan kekurangan program ini sepertinya mengada-ada, yaitu pengaruh atau godaan lingkungan dan teknologi informasi yang cenderung sulit di-filter yang membawa ke arah negatif.

Well …

Sumber:
Full-Day Kindergarten Programs.
Full-Day or Half-Day Kindergarten?
Recent Research on All-Day Kindergarten

7 komentar:

  1. sekolah di indo yah.. kebanyakan maunya sampe menyiksa anak begininya...

    kangen masa-masa sekolah di aussie dulu! masuk jam 9 pagi sampe 3 sore. sabtu minggu libur pula, hehehe! kalo mo nambah activity paling bisa jam 4 or 5 sore... tapi ngga tiap hari 'kan?

    makanya kita susah maju.. lha wong sekolah aja bikin tersiksa... gimana mo enjoy? hehehe....

    ini analogi yang ngawur siy :-p

    BalasHapus
  2. Orang Indonesia, kaya'nya latah ya ikut-ikutan Ameriki, he ... he ...

    BalasHapus
  3. Kata guru TK yg melahap D2 di Kediri : klo anak usia dibawah 10 tahun di genjot belajar, maka akan memiliki efek samping seperti klo udah usia > 40 th, otak menjadi letih dan dapat darah tinggi.

    BalasHapus
  4. sy sedang buat tesis tentang dampak model full day terhadap emosi dan psikososial. Punya bahan dan artikel lain? mudah-mudahan bisa mendukung penelitian saya. trims.

    BalasHapus
  5. @cheiis: mohon maaf, sy tidak memiliki informasi yg anda butuhkan, mengingat seperti yg sy tulis di header blog sy ini, apa yg sy tulis di blog ini hanyalah opini sederhana saja, dan tentu saja tidak ilmiah. ;-)

    salam.

    BalasHapus
  6. I was interested to read your article on the subject. I fully support your point of view and I think that you have fully explored the issue.

    BalasHapus
  7. I think a full day at school is good idea! Children don't study there and you want even a shorter day? Are you out of your mind?

    BalasHapus