Berapa sering kita menerima panggilan telepon genggam atau sekedar membuka sms ketika menghadapi orang secara tatap muka? Berapa sering pikiran kita melayang tidak konsentrasi bila sedang kuliah, bekerja, menghadapi klien, wawancara, atau saat menghadapi orang-orang yang selalu dekat dengan kita, seperti ibu, ayah, saudara, istri, bahkan pada anak sendiri? Atau yang lebih pokok lagi, pikiran melayang tidak konsentrasi saat melakukan hal yang paling prinsip sekalipun, seperti sholat? Bisa dibayangkan saat kita berkendara di jalan raya bebas hambatan, tetapi pikiran melayang tidak konsentrasi, akan sangat beruntung bila tidak terjadi sesuatu yang menyebabkan nyawa melayang, seperti berita ini.
Saya teringat setelah membaca harian nasional yang saya beli kemarin, pada kolom klasika, terdapat istilah Being Present. Kata “present”, berarti “hadiah” yang juga berarti “saat ini”. Jadi, menurut si penulis, “being present” adalah keberadaan kita saat ini merupakan “present” atau hadiah. Being present berarti realistis dan sadar apa yang ada di hadapan kita, menghargai dan memanfaatkan resources yang kita miliki. Sangat mudah dikatakan, tetapi sulit dilakukan.
Seperti barusan yang saya alami ini, padahal saya sudah tahu. Seperti hendak mengendarai kendaraan, tiba-tiba saja kunci tertinggal karena pikiran melayang entah kemana. Atau bertelepon interlokal dengan istri, tetapi pandangan tertuju ke televisi dan tertawa sendiri. Apakah ada yang mengalaminya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar