Minggu, September 28, 2008

Virus dan Perilaku Pengguna Teknologi Informasi

Entah sudah berapa kali saya setiap bertemu dan ditanya rekan sejawat, kolega, saudara, hingga seseorang yang -- saya tidak mengenalnya secara khusus -- bertanya tentang virus Windows yang menular melalui flashdisk. Secara pribadi saya jarang berurusan dengan virus Windows itu, dan kata kunci yang biasa saya gunakan untuk mengajaknya lari dari masalahnya adalah: "Gunakan Linux, aman, nyaman dan bebas virus, titik!". Meski demikian, saya sendiri masih menggunakan Windows untuk keperluan belajar, testing dan pekerjaan yang saya tekuni saat ini, namun tanpa semacam anti virus, kecuali firewall bawaan Windows itu sendiri dan CCleaner, masih rentan virus bukan? Windows ini pun saya instalasi ke dalam VirtualBox -- bukan dual boot -- dan digunakan sedikit paranoid untuk keperluan sehat saja, sedangkan untuk keseharian cukup menggunakan Linux Ubuntu yang handal ini.

Hal yang sering ditanyakan adalah banyaknya virus yang kini beredar di masyarakat, yang menular akibat pertukaran data melalui USB external disk. Virus yang menular ini pun tidak berhasil dideteksi, dikarantina, atau dihapus oleh anti virus yang ada. Kalaupun bisa, maka virusnya datang kembali, terus berulang dan menular menjadi endemik. Usaha mendapatkan anti virus yang baik pun bukan perkara mudah dan murah. Akhirnya, pengguna ini sering frustasi sendiri, dan membiarkan virus itu hidup dan bersemayam di dalam komputernya berhari-hari, hingga berbulan-bulan mengganggu aktifitasnya, tanpa disadari menyebar dan menulari komputer anak-istrinya, tetangganya, temannya dan semuanya yang memiliki gaya berkomputer sembarangan. Bila dilihat dari latar belakang pendidikan dan keahliannya, para pengguna teknologi informasi ini tak bisa dianggap enteng. Malahan, saya pun kadang meminta bantuan teknis kepada mereka bila saya sedang mengalami kesulitan dalam bidang lain.

Dalam posisi saya kali ini, kadang saya harus "berdakwah" menyadarkan mereka agar kembali ke jalan yang bebas merdeka, sembari memperbaiki komputernya yang penyakitan. Karena saya tidak memiliki perangkat lunak anti virus high-end, maka pertolongan pertama untuk mengobatinya adalah mendiagnosa perangkat lunak komputernya dengan Clamav di Linux. Dari sini, tingkat infeksi bisa sedikit diketahui, ada yang ringan, ada pula yang terlalu akut, sehingga bisa dipastikan sulit untuk disembuhkan seperti sedia kala. Jalan satu-satunya adalah format ulang dan ganti perangkat lunak baru. Lucunya, kadang oleh Clamav, flashdisk saya pun terdeteksi virus Windows juga, ini disebabkan adanya pertukaran data dengan komputer yang terserang virus tersebut, bukan dari Linux. Hikmahnya, hampir bisa dipastikan siapapun di jaman sekarang ini, tidak peduli latar belakang pendidikan dan keahliannya, atau meski mengaku kebal dengan virus, jangan mudah percaya sebelum membuktikannya sendiri. :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar