Jumat, Februari 23, 2007

Banyak dicari, Koin Rp 5 yang masih berlaku!


Sekitar 10 tahun yang lalu, ketika saya masih berada di Malang, Jawa Timur, sepulang kuliah menuju rumah kost biasanya teman saya jalan kaki dari Kampus Unibraw masuk ke dalam melewati Kampus IKIP Negeri Malang terus hingga dekat daerah Jalan Jombang. Maklum, waktu itu mereka ini sedang belum dapat kiriman. Nah, disela-sela perjalanan biasanya juga bercanda, namanya juga orang muda, candanya juga yang nyleneh-nyleneh. Saat itu rekan saya ini, Hermanu bertanya pada Ipung yang saat itu mengenakan jam tangan lumayan mahal untuk ukuran mereka saat itu "Berapa jam tanganmu itu", eh, nggak tahunya si Ipung malah balik menjawab iseng sekenanya "Sudah, ini kutawarkan kamu murah saja, Rp 5 saja, nggak usah lebih ... Gimana!" Merasa ditantang gitu Hermanu jadi naik "Bener nich! Swear! " malah Ipung jadi serius "Ya, OK, tapi Rp 5 saja lho, dan harus saat ini!!" Akhirnya mereka sepakat "OK! Kalo gitu salaman dolo!", setelah itu Hermanu mengambil dompetnya dan mengubek-ubek isi dompetnya, ternyata!! Terselip Rp 5 sebiji di dompetnya yang lusuh itu, "Neh! Mana jamnya! ... Ya, tks :)" Jadilah jam tangan itu pindah tangan ... hehehehe.

Saya masih ingat betul kejadian tadi, akibatnya banyak rekan saya yang akhirnya menyimpan koin uang Rp 5 di saku dompetnya hingga sekarang, alasannya klasik, membawa keberuntungan katanya. Koin uang ini hingga sekarang sebenarnya juga masih berlaku, namun banyak orang mengabaikannya, sehingga dianggap tidak ada artinya.

Kemarin, waktu Pak Onno W Purbo datang di acara diskusi bareng yang diselenggarakan temen-temen, sempat kehabisan pertanyaan yang akan diberikan pada peserta untuk mendapatkan bingkisan. Sejenak beliau jalan melihat ke bawah dan akhirnya memberi quis "Siapa yang membawa duit paling kecil nilainya!! Silahkan dapat hadiah!" Satu dua peserta berebut merogoh koceknya masing-masing, saya sendiri iseng juga ngerogoh kocek tapi tak menemukan juga. "Saya Pak, Rp 100" Waaah kurang kecil "Ini Rp 50" Masih kurang kecil. Ada lagi yang lebih kecil "Saya Pak, Rp 25!!" Tapi akhirnya dari kursi belakang "Ini Pak, Rp 5 !!" teriak seseorang dari belakang sendiri, ternyata lagi-lagi teman saya, Pak Mundzir! Akhirnya dia dapat bingkisan itu.

Kamis, Februari 15, 2007

Antara Kota Saiber dan Persepsi

Kita banyak yang tahu ide dan wacana Cyber City memang sudah meluas di milis-milis bahkan media massa atau dalam bentuk tantangan, sehingga berbondong-bondong berbagai kalangan baik dari komunitas, akademisi hingga pemerintah mempunyai keinginan yang sama mewujudkan kota saiber di masing-masing kota mereka. Tapi, adakah yang memiliki kesamaan landasan?

Jujur saja, saya merasa risau dan saya harus memaksakan diri belajar dengan melahap berbagai sumber bak mempersiapkan thesis Magister Teknologi Informasi tentang Concept and Strategy Indonesia Cyber City, Cases Study: Silicon Valley, USA.

Konsepnya ternyata tidak sesederhana apa yang ada di angan-angan dan ingin segera diwujudkan begitu saja, atau melihat apa yang kita lihat kemudian mencontohnya dan diterapkan begitu saja tanpa melakukan kajian terlebih dahulu. Hasil kajian inilah dasar pemikiran untuk mewujudkan sebuah kota layak tidaknya menjadi kota saiber, dari tingkat kelayakan itu pula maka konsep dan strategi yang sesuai dapat ditentukan. Lalu, bagaimana melakukan kajian atau penelitian? Cukupkah itu semua?
Menurut saya, inilah tantangan yang sebenarnya dan ini pulalah yang menurut saya seperti mempersiapkan thesis.

Kerisauan saya ini hanyalah sepenggal curahan hati saja, karena saya merasa tak mampu menyusun outline dasar dan proposal dalam waktu yang begitu singkat, 1-2-3 hari saja sebagaimana saya menulis blog. Saya hanya bisa tertegun kosong mendapati sms dari seorang rekan yang juga nampaknya mengalami hal yang sama, gundah gulana, dan tampak "marah-marah" pada saya dan menganggap saya tidak menanggapinya. Tulisan ini juga bukan saya maksudkan sebagai apologi saya, namun sekedar menunjukkan ternyata selama ini saya memiliki persepsi yang berbeda.

Kamis, Februari 08, 2007

Kesulitan di OperaMini


Di sela istirahat dua hari yang lalu saya merambah Internet seperti biasa menggunakan ponsel sederhana saya, N2865. Kebiasaan ini saya lakukan pada waktu istirahat untuk melihat atau sekedar berkirim email singkat serta membaca berita terkini di wap.detik.com. Dahulu, ketika saya merasa pernah membaca berita dan ingin membuka kembali berita atau artikel menarik, biasanya saya simpan berupa berkas xhtml dalam cache memory, sehingga apabila saya ingin membacanya kembali tinggal panggil file tersebut tanpa perlu online. Tapi itu semua sudah lama sekali, ketika masih menggunakan perambah bawaan ponsel yang terbilang jadul banget.

Nah, kesulitan baru saya alami bila menggunakan OperaMini, kecuali berkas citra/image, artikel atau berita berupa teks tak bisa saya simpan dalam bentuk file xhtml, karena perambah ini sifatnya yang client server belum menyediakan fasilitas penyimpanan berkas teks atau copy paste sekalipun. Sehingga apabila ingin membaca kembali maka paling tidak harus kembali ke history dan tentu saja bila mengkiliknya harus online. Disisi lain, OperaMini memang berhasil menerima ukuran berkas yang diunduh lebih kecil sehingga efeknya mengurangi beban biaya atau pulsa, namun tentu tidak efisien apabila harus online kembali berulang setiap mengambil berkas yang sama.

Ada yang bisa mengajari tips dan triknya?

Senin, Februari 05, 2007

Presentasi Linux di Kampus Kalimantan Timur

Hari Sabtu kemarin, 3 February 2007, saya bersama teman-teman dari KPLI Balikpapan mengadakan aksi kecil edukasi mengenai perangkat lunak bebas dan Open Source di Kampus STIKOM Balikpapan. Yang membuat saya nggak nyangka, ternyata jumlah peserta cukup banyak dan membludak, padahal persiapan publikasi hanya 5 hari menjelang hari H, itupun hanya melalui milis kecil dan yang menyebarkan informasi malahan anggota komunitas lain. Kebanyakan mereka dari pemula yang memang berkeinginan untuk belajar dan berasal dari perguruan tinggi dengan latar belakang selain bidang rekayasa, tapi ada juga yang sudah cukup mahir menggunakannya untuk kegiatan keseharian.

Pada kesempatan ini, saya membawakan materi presentasi mengenai “HaKI, FOSS dan Pendidikan”, yang saya perkirakan akan menimbulkan berbagai pertanyaan dan gejolak bagi kebanyakan peserta, mengingat di dalamnya sarat dengan istilah pembajakan perangkat lunak beserta hukumnya. Definisi pembajakan itu sendiri sangat bergantung dengan isi perjanjian atau lisensi, sehingga hanya point-point yang akhir-akhir ini menjadi sorotan saja yang perlu disampaikan. Namun karena waktu yang sangat terbatas, setelah selesai langsung saya sudahi dan segala pertanyaan dapat dituliskan pada feedback yang telah diberikan panitia.

Nah, nampaknya ada peserta yang penasaran dan bertanya mengenai sumber bahan presentasi saya pada pembicara lain yang tidak mengerti, sehingga pertanyaan tersebut tak kunjung mendapatkan jawaban. Jujur saja, metode presentasi saya hanya berdasarkan pengalaman saya mengajar di kelas, dan tentu saja materi sudah saya siapkan sebelumnya. Sebelum presentasi biasanya saya menyiapkan dua bahan, yang pertama berupa print-out narasi dari rangkuman dan keterangan presentasi. Ini diperlukan agar saya tetap konsentrasi pada topik presentasi, dan apabila ada penjelasan yang panjang lebar tinggal melihat (membaca selintas) keterangannya secara runtut sambil tetap memperhatikan forum. Yang kedua, berupa file presentasi yang berisi ringkasan amat sangat singkat atau point pentingnya saja, sehingga kadang sumber tulisan tidak tercantum disana. Ini saya perlukan agar perhatian forum tetap tertuju pada pembicara dan mendengarkan dengan baik, bukan pada tulisan yang ada di slide. Kadang, untuk melihat apakah forum memperhatikan pembicara, maka saya berjalan merubah posisi dari kiri ke kanan sudut ruangan, atau masuk berjalan mendekati peserta. Dengan begitu, apabila forum memperhatikan dengan baik maka tatapan dan gerakan kepala mereka akan mengikuti kemana saya bergerak atau berjalan. Untuk gaya berbicara sambil berjalan-jalan ini, kemarin tidak bisa saya lakukan karena sekaligus saya sedang mengoperasikan komputer.

Mengenai sumber bahan presentasi, kebetulan semuanya ada di Internet, saya bebas mendapatkannya dan mengeksplorasinya sambil tetap mencantumkan sumbernya.
Berikut materi narasi dan foto-fotonya.

Minggu, Januari 28, 2007

Support! Support! Support!


Berdirinya komunitas pengguna Linux Balikpapan ini memang perlu support untuk aksi-aksinya ke depan, apalagi baru kemarin sore komunitas ini berdiri. Tapi, ah ... sepertinya perlu aksi dulu, kecil-kecilan saja, biar terlihat ada aktifitas positifnya, nggak sekedar kumpul-kumpul bareng kopi panas dan teh anget sudah itu pulang, capek, selesai, bisa bubar sudah.

Ehm, katanya Telkom, Indosat, Pemkot Balikpapan mau support nich, perlu surat biasa atau berbadan hukum? Biasa aja dong, ini khan komunitas biasa, ayo dong pak pejabat dan pak pemerintah!

Support! Support! Support!

Selasa, Januari 16, 2007

Akses Internet Melambat?

Sudah beberapa hari ini akses Internet melambat, kenapa ya? Memang sepertinya tidak semuanya, hanya beberapa saluran tertentu saja. Padahal Google dan Yahoo juga tidak masalah, blogger.com yang biasanya lambat malah kini terasa cepat sekali. Beberapa situs lokal macam detik.com, dikti.org, vlsm.org nggak masalah, tapi beberapa situs yang hosting luar negeri sangat lambat, priyadi.net sampai lelet banget, beberapa weblog dari wordpress.org juga lelet.

Ada apa lagi sech?

Sabtu, Januari 13, 2007

Cikal Bakal Kelompok Pengguna Linux Balikpapan dan Kesiangan

Hare gene ngadain KPLI? Sebenarnya agak basi jika baru sekarang membentuk kelompok pengguna Linux. Hal ini sangat wajar apabila itu dikaitkan dengan istilah “pahlawan kesiangan” yang didengungkan oleh selebritis teknologi yang lebih dulu menggemakan open source dan manfaatnya, dan tentu saja muncul asumsi tentang pengekor-pengekor demi idola misalnya. Sebenarnya setahu saya, ide kelompok seperti ini sudah lama tercetus di kota kecil ini seiring dengan munculnya kelompok-kelompok senada yang lain di seluruh penjuru tanah air. Dan dalam perkembangannya, terakhir kelompok-kelompok ini kembang kempis naik turun bahkan mati suri kurang dukungan, dan hanya beberapa aktifisnya yang hingga kini tetap konsisten. Kebanyakan, kelompok ini survive di kota-kota yang menjadi pusat pendidikan seperti Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Jakarta dan kota-kota lainnya, karena memang semangat kelompok ini selaras dengan semangat pendidikan dan pesan moralnya. Apalagi sekarang, isu MoU pemerintah dengan Microsoft beberapa waktu yang lalu ternyata ikut memicu munculnya kembali kepedulian dan gerakan open source di Indonesia, termasuk salah satunya di Balikpapan ini. Sedangkan di kota-kota kecil di propinsi Kalimantan Timur malah hampir tidak terlihat tanda-tanda pergerakannya, hanya beberapa kecil pengguna dan itupun individual, atau berkaitan dengan pekerjaan dan profesinya.

Untuk komentar diatas mungkin sangat bervariasi, akan tetapi sesuai dengan analisa saya dari berbagai komentar baik di milis, situs berita maupun weblog, kebanyakan yang lebih tepat komentar para pakar seperti kalimat berikut ini: tak ada kata terlambat, tak ada pahlawan kesiangan, bila tidak mampu maka diamlah, jangan hipokrit, ya sudah lakukanlah, ok kita tunggu, apa yang bisa Anda lakukan? Apa yang Anda tahu? Ah ... saya malas mengurai benang kusut filosofi yang membingungkan ini.

Jumat sore kemarin, saya mendapat undangan dari mas Wahyu Budi untuk ikut serta urun rembug mengenai Linux dan aktifitas kelompok penggunanya di Balikpapan. Sayangnya, Balikpapan tidak memiliki kelompok (yang biasa disebut KPLI) yang secara resmi tercatat dalam daftar KPLI yang digagas mas Ronny Haryanto ini. Walaupun begitu, saya pribadi salut dengan munculnya pergerakan masyarakat pengguna Linux di kota ini meskipun amat malu-malu kucing. Biasanya, di kota-kota pelajar kebanyakan aktifisnya adalah para mahasiswa dan akademisi. Sangat berbeda dengan Balikpapan, pada saat pertemuan yang diharapkan menjadi cikal bakal KPLI Balikpapan ini pesertanya tidak hanya mahasiswa dan kalangan akademisi, tetapi juga pekerja teknologi informasi di perusahaan asing hingga seorang direktur yang telah menyatakan bersedia membantu secara kemampuan maupun fasilitasnya. Sungguh itu merupakan suatu bentuk kepedulian yang sangat berarti. Harapan saya, kelompok ini dapat membantu penyebarluasan pemanfaatan piranti lunak alternatif dan sekaligus menanamkan kesadaran tentang pentingnya Hak atas Kekayaan Intelektual, yang sehingga secara tidak langsung diharapkan berakibat dapat membantu mengurangi prosentasi sebagai negara dengan tingkat pembajakan piranti lunak yang sangat mencengangkan ini, tanpa perlu terjebak dengan istilah kesiangan.

Nah, foto-foto rembug coba browsing disini.

Rabu, Januari 10, 2007

Gara-gara Ubuntu

Beberapa hari ini saya sibuk dengan Ubuntu, apalagi saya dapat 3 buah free CD Ubuntu Edgy, masing-masing Ubuntu, Kubuntu dan Edubuntu dari pakar Linux lokal Balikpapan, Wahyu Budi. Sebenarnya, saya sudah pesan burning Ubuntu Edgy dan 4 buah DVD repository lengkap dari Mas Gladhi Guardin. Namun, saya kesulitan transfer biaya yang tak lebih dari 70 ribu rupiah, mengingat saya tak menjadi nasabah bank yang digunakan untuk transfer. Rencananya, DVD ini akan saya gunakan untuk kepentingan belajar mengajar, pekerjaan dan beberapa rencana startup saja.

Nah, yang menjadi sibuk sebenarnya bukan karena ngoprek, jujur saja, Ubuntu lebih mudah dan simple bila harus benar-benar perlu tambal sulam aplikasi, dan saya patut berterima kasih pada komunitas Ubuntu yang rasanya begitu perhatian pada saya, hehehehe. Walaupun begitu, saya agak malas kalo harus ganti lagi operating system, hanya perlu tambal sulam aplikasi dan ini sudah saya lakukan. Sehingga waktu yang ada bisa digunakan untuk kegiatan yang lain. Namun yang bikin sibuk adalah, ternyata banyak rekan-rekan kerja yang sebelumnya menggunakan proprietary software menjadi tertarik melihat ulah saya yang nyleneh gara-gara Ubuntu ini. Bayangan mereka, piranti lunak gratisan ini sangat tidak ramah pada mereka, seperti sulitnya tambal sulam, driver tak dikenali, dan segala gangguan lainnya yang membuat mereka tambah bete. Padahal saya rasa tidak demikian, saya kok malah asyik saja ya. Karena saya asyik sendiri ini, mereka jadi penasaran, dan akhirnya ... ternyata mereka diam-diam instalasi Ubuntu di laptopnya masing-masing! hahahaha ... Selamat!

Kamis, Januari 04, 2007

Buntu dan Ubuntu, ada hubungannya?

Buntu dan Ubuntu apakah ada hubungannya? Saya kira, ada saja. Kalau sedang menggunakan Ubuntu, terus hardware macet, crash, error, dan segala gangguannya terus mentok nggak bisa cari solusinya, kira-kira gimana Anda, buntu nggak rasanya?

Lalu, apa hubungannya dengan saya? Saat ini bisa jadi saya lagi buntu, tapi bukan karena Ubuntu atau memang karena posting ini ditulis di atas Ubuntu. Ah, yang jelas saya nggak tahu apa penyebabnya, entahlah, apa karena kerja seharian menggunakan Internet terlalu lama juga jadi rasanya buntu dan pegal-pegal, proposal direvisi, atau pas nggak punya duit. Jadi ingat kemarin jalan lihat iklan "Pikiran buntu? Jalankan dulu maumu!"

Jadi, apa mauku? Apa minum minuman seprit itu, nggak ah, bukan itu mauku.