Jumat, Oktober 27, 2006

SMS Lebaran dan Moto itu

Beberapa hari menjelang dan sesudah lebaran kemarin saya mendapat banyak SMS, baik dari kolega, rekan hingga kerabat yang jauh yang tak sempat untuk berkunjung. Adakalanya SMS tersebut sempat saya balas sebagai bentuk penghargaan atas perhatian yang diberikan kepada saya, namun sepertinya masih ada yang luput yang saya tidak tahu, yang jelas bukan atas kesengajaan. Kadang, seseorang mengirimkan lebih dari sekali SMS dengan content yang sama kepada saya, yang saya sendiri pernah melakukannya karena saya lupa apakah yang bersangkutan sudah atau belum dikirimi SMS.

Saya sendiri membalas dan mengirimkan SMS tepat pada hari pertama lebaran, selasa, 24/10/2006, dan jelas sekali ini berarti saya memilih mengikuti hasil itsbat pemerintah, jadi bagi yang mengirim SMS jauh hari sebelumnya akan agak lama mendapat balasan dari saya, apalagi itupun baru sempat siang harinya, soalnya sungkeman ke pinisepuh dan kerabat dekat dulu, sorry ya ... he ... he ...

Eniwei, dalam rangkaian pelaksanaan sholat ied biasanya dilanjutkan dengan mendengarkan kotbah dari sang imam, yang juga biasanya selalu disisipi sambutan walikota yang selalu terkesan formal, kaku, dan bikin nggak sabaran pingin cepet pulang santap ketupat. Nah, pada saat pembacaan sambutan ini ada sesuatu yang menarik yang sedikit membuat saya terkekeh memperhatikan.
Menarik? Apanya? Iya, gaya penyampaian Pak Kyai dalam mengolah kata dan kalimat formal itu menjadi pusat perhatian. Salah satunya terdapat kalimat moto pasangan walikota dan wawali saat pilkada beberapa bulan lalu yaitu: “Kami melayani, bukan dilayani!” yang dibaca berulang 3x dengan nada tegas dan tinggi. Lho kok? Menurut pengamatan saya sich, kalimat ini hanya ada sekali pada naskah sambutan itu, ini dibuktikan ketika saya melihat Pak Kyai membaca kalimat tersebut pertama kalinya, pandangan matanya tertuju ke naskah, namun untuk kalimat yang sama berikutnya dan berikutnya lagi, pandangan mata meyakinkan tertuju pada seluruh jamaah sholat ied. Bukannya apa, pernah terlintas nggak, seandainya moto itu masuk menjadi bagian rangkaian kalimat yang ada pada SMS lebaran, misalnya seperti ini
Harta paling berharga adalah sabar, teman paling setia adalah amal, ibadah paling indah adalah ikhlas, identitas paling tinggi adalah iman, pekerjaan paling berat adalah memaafkan, pemimpin mulia adalah melayani dan bukan dilayani, selamat hari raya idul fitri 1427H, maafin ye ...
Wew!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar