Balikpapan dan Bajaj Bajuri, siapa bilang ada hubungannya? Tentu saja tidak ada. Ini diawali keberangkatan kami ke Jakarta 15 Agustus minggu kemarin, tengah malam tiba langsung menuju penginapan Farel di bilangan Gunung Sahari. Ada yang bilang nginap di situ agak susah, pasalnya menu makanan mahal banget sehingga saya dan Pak Mundzir harus keluar dini hari cari makanan. Belum lagi ditambah kamar mandi kebanjiran, nggak keluar air, ac kenceng terus, hingga wc susah disiram, sudah gitu harganya minta ampun …
Pagi diteruskan ke Dunia Fantasi, Ancol, ah … sayang sepertinya mengulang kembali tahun lalu, karena hampir semua tantangan disana sudah pernah saya lalui, selebihnya menemani rekan yang penasaran. Kata Pak Setyo hanya satu yang belum dan pingin dicoba, Kora-Kora, sejenis kapal bajak laut besar yang diayun-ayunkan makin lama makin tinggi, gila! Muka kami sampai pucat!
Sea World, kecuali upacara pengibaran bendera merah putih di dalam air, semua menu yang ada disana hampir sudah pernah dilalui semua dan belum ada tambahan yang berarti. Di Atlantis, kembali kami berenang. Ada perasaan takut luar biasa bagi saya ketika harus mengulang berseluncur dari top level, heran, jika dibanding tahun lalu yang cenderung nekat, kali ini saya agak menahan diri agar tidak terlalu kencang. Walaupun berhasil, sulit mengatakan apa yang menyebabkan saya sedikit paranoid, padahal setelah itu biasa saja.
Hari berikutnya, rencananya ke Kebun Raya Bogor setelah mampir di PPIPTEK TMII lebih dahulu tapi jadi berantakan, pasalnya ketika perjalanan melewati daerah Cibubur, Pak Mundzir baru ingat tasnya ketinggalan di PPIPTEK, nah lho! Terpaksa, kami menunggu di belakang Mall Cibubur Junction hingga 2 jam lebih. Setelah itu dilanjutkan ke Bogor, sayang, terjebak macet, ha … ha … Sapa suruh datang Jakarta! Itu mah, sudah biasa. Satu-satunya jalan alternatif ya kembali lagi ganti obyek, pemandu perjalanan kami memilih Kebun Raya Mekarsari yang katanya milik (almh) Ibu Tien Suharto sebagai obat kecewa. Akhirnya dengan sedikit salak manis kecil, belimbing, dan buah “terlarang” menjadi oleh-oleh berikutnya, ditambah tontonan gratis adegan romantis dua insan muda-mudi disudut-sudut pohon yang rindang serasa bumi milik mereka berdua, indah sekali … oh …
Setelah itu perjalanan dilanjutkan, dan akhirnya menginap di daerah Cibubur Junction, tepatnya di Lemdikanas kompleks bumi perkemahan selama satu malam saja. Ada pengalaman menarik tentang kebersamaan malam itu ketika kami menuju Mall Cibubur Junction, pergi bersama pulang bersama dengan jalan kaki, lumayan agak jauh. Baru kemudian, hari berikutnya jalan-jalan dalam kota Jakarta sepuasnya, mulai dari Kebun Binatang Ragunan hingga Carrefour Mangga Dua Square. Saya sendiri mulai pagi jam 10 hingga jam 10 malam berdua dengan pemandu kami, Pak Ridwan, lengket bermotor ria, sedangkan teman-teman yang lain bersama Mr Goeltom ber-bus ria. Lumayan, dari bebasnya bermotor itu saya bisa melihat dari dekat kampus Gunadarma yang terkenal karena katanya jumlah mahasiswanya paling besar se-Asia Tenggara, juga kampus UI Depok yang megah terkenal dengan Dosen Menteri-nya dan biaya kuliah yang sangat mahal. Apa saya terheran-heran dengan megahnya kampus-kampus itu? Kadang, ada obsesi saya untuk mengunjungi kampus-kampus top level nasional hingga internasional, dari sana ada wawasan dan gambaran kehidupan kampus yang cukup berbeda satu sama lain, cukuplah menjadi pengalaman berharga dimasa depan.
Menjelang sore, bersama Pak Djumhadi saya mendapatkan sebuah laptop Centrino yang saya harapkan, untuk itu tak lupa saya sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Satria Dharma atas pinjaman lunak yang selunak-lunaknya itu. Sulit rasanya saya memiliki laptop ini dibanding dengan kebutuhan sekunder lainnya. Mengapa saya mengharapkannya? Ya, tentu saja saya tidak ingin membeli sesuatu yang tidak saya harapkan dan pertimbangkan, berapapun harganya
Sisa satu hari menjelang kepulangan ke Balikpapan, saya gunakan untuk istirahat penuh bersama Raynord dan Nadia dikamar penginapan, Caravan namanya. Penginapan ini memang lebih baru dan nyaman dibanding penginapan Farel sebelumnya, bedanya, saya sering menjumpai laki-laki perempuan muda maupun paruh baya keluar masuk penginapan tanpa bawaan barang yang banyak. Katanya sich malahan banyak anak-anak sekolahan datang sore pulang pagi disana, hal ini pernah saya jumpai di Yogya dulu ketika mengikuti seminar, bahkan tak sedikit penginapan yang bertarif jam-jaman secara terang-terangan, ah … ini pengalaman yang berharga di kota besar.
Nah, saat pulang kembali ke Balikpapan, setiba di bandara Soekarno-Hatta itulah kami bertemu dan berangkat bersama Mat Solar si Bajaj Bajuri dan keluarganya. Saya nggak ngerti, kenapa teman-teman sama histeria melihat artis ini layaknya fans Michael Jakson, padahal kan selebriti juga manusia he … he … biarlah mereka senang
Ada ungkapan dari berbagai pengalaman wisata saya selama ini : “Jika ingin menyenangkan anak, bawalah ke Jakarta; jika ingin menyenangkan istri, bawalah ke Yogyakarta; dan jika ingin menyenangkan suami, bawalah ke Bali”. Mungkin ada yang membenarkan ataupun tidak, terserahlah …